Boeing 737 Max 9 milik Alaska Airlines dengan lebih dari 170 penumpang melakukan pendaratan darurat di Oregon, AS, usai panel jendela pesawat berlubang tak lama setelah lepas landas. Simak spesifikasi jet ini.
Kejadian ini lantas viral di media sosial. Sejumlah video dari penumpang pesawat menggambarkan kondisi jendela yang sudah lepas dan pesawat kembali ke landasan udara.
Jendela itu, yang disebut sebagai bagian 'pintu sumbat' badan pesawat, terlepas 10 menit seusai meninggalkan bandara saat pesawat berada di ketinggian sekitar 16.000 kaki.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
![]() |
Dikutip dari The New York Times, jendela yang pecah di pesawat tersebut berada pada sebelah kiri baris 26 kursi penumpang.
Efeknya, melansir CNN, sumbat badan pesawat meledak, sandaran kepala kursi penumpang robek, dan benda-benda tersedot keluar dari pesawat, termasuk kemeja anak laki-laki yang terkoyak dari tubuhnya.
Tidak yakin dengan apa yang terjadi, beberapa penumpang berteriak histeris dan menangis serta mulai menulis pesan teks kepada orang yang mereka cintai. Sementara, masker oksigen terjatuh dari langit-langit kabin.
Nick Hoch, seorang penumpang (33), menyebut insiden itu "traumatik", "menegangkan", dan "mengejutkan."
"Kabut atau awan yang melewati saya seperti itu menghantam wajah saya," ungkap dia, "Rambut orang-orang beterbangan ke mana-mana."
Dewan Keselamatan Transportasi Nasional AS kemudian melakukan investigasi atas insiden itu. Selain itu, Kantor Penerbangan Federal AS (FAA) pada Sabtu (6/1) memutuskan untuk melarang terbang (grounding) pesawat terkait dulu sementara waktu.
Dikutip dari Reuters, Direktur FAA Mike Whitaker menyebut pihaknya memerlukan pemeriksaan segera terhadap pesawat-pesawat sejenis sebelum mereka dapat kembali terbang.
Perintah tersebut memengaruhi setidaknya 171 pesawat sejenis di seluruh dunia.
Pesawat yang terlibat dalam insiden ini masih tergolong baru menurut standar penerbangan komersial. Jet ini pertama kali didaftarkan pada November dan baru mencatatkan 145 penerbangan.
Dilansir situs resmi Boeing, 737 Max memiliki beberapa varian, yakni 737-7, 737-8, 737-9, dan 737-10. Masing-masing model memiliki, kapasitas, dan jarak tempuh penerbangan yang berbeda.
Boeing 737-9 memiliki kapasitas 178 hingga 193 penumpang dengan maksimum kursi sebanyak 220 kursi. Pesawat ini dibekali mesin LEAP-1B dari CFM International yang bisa memberikan jarak tempuh hingga 6.110 kilometer.
Desain aerodinamis dan mesin yang lebih efisien dari pesawat ini diklaim membuat konsumsi bahan bakar 20 persen lebih sedikit dengan emisi 20 persen lebih sedikit daripada pesawat generasi sebelumnya.
Boeing 737-9 memiliki panjang 42,16 meter dengan lebar 35,9 meter.
Sekitar 37 hari setelah bergabung dengan armada Alaska Airlines, Boeing 737 Max 9 itu mendapati 'lampu gagal' (fail light) tekanan udara otomatisnya menyala.
Hal ini terjadi lagi pada 3 Januari dan 4 Januari. Setiap kali itu terjadi, awak penerbangan menekan tombol cadangan sistem.
Ketua Dewan Keselamatan Transportasi Nasional Jennifer Homendy kemudian mengatakan langkah tersebut "sangat normal."
"Mereka membaliknya, mereka lapor, [lampu-lampu] itu diuji maintenance lalu direset," ujarnya.
Homendy mengungkap ada hal yang membuat penyelidikan semakin rumit, yani hilangnya rekaman audio kokpit yang penting karena pengaturan perangkat.
Perekam suara kokpit, yang menangkap suara seperti suara mesin dan suara pilot, "sepenuhnya ditimpa." Perangkat tersebut saat ini hanya diharuskan untuk menyimpan audio selama dua jam dalam satu waktu.
Steker pintu pesawat seukuran lemari es sempat hilang beberapa saat, namun kemudian ditemukan di halaman seorang guru sekolah bernama Bob di Portland.
Meskipun tidak jelas apakah ada korelasi antara lampu peringatan dan insiden itu, puluhan penumpang di pesawat Alaska Airlines penerbangan 1282, apa yang mereka alami dalam penerbangan tidak ada yang normal.
Meskipun peringatan tekanan udara yang berulang kali "sangat meresahkan para penyelidik," Homendy mengatakan, "[isu lampu] ini mungkin sama sekali tidak ada hubungannya dengan apa yang terjadi di kabin pesawat selama peristiwa tersebut."
"Fokus kami saat ini adalah pada pesawat ini untuk mengetahui apa yang terjadi, bagaimana hal itu terjadi, dan mencegah hal serupa terjadi lagi," kata Homendy.
Pesawat seri ini sebelumnya sudah mengalami dua kecelakaan maut, yakni yang melibatkan Boeing 737 Max 8 yang menewaskan total 346 orang dalam waktu kurang dari lima bulan pada 2018 dan 2019.
Kedua kecelakaan tersebut kemudian dikaitkan dengan sistem yang tidak berfungsi yang mengesampingkan perintah pilot.
Kecelakaan tersebut menyebabkan grounded global Boeing 737 Max di seluruh dunia selama hampir dua tahun.
Kecelakaan pertama terjadi pada Oktober 2018, ketika sebuah pesawat jet yang mengangkut 189 orang dari Jakarta, Indonesia, jatuh ke Laut Jawa hanya beberapa menit setelah lepas landas.
Empat bulan kemudian, pesawat 737 Max lainnya, yang diterbangkan oleh Ethiopian Airlines, jatuh setelah lepas landas dalam perjalanan menuju Addis Ababa, menewaskan seluruh 157 orang di dalamnya, termasuk delapan awak pesawat.
(lom/arh)