Jakarta, CNN Indonesia --
Google Trends atau kecenderungan pencarian di mesin pencari Google menunjukkan calon wakil presiden (cawapres) nomor urut 2 Gibran Rakabuming Raka lebih dominan daripada dua cawapres lainnya.
Menurut data Google Trends hingga 31 Januari, Gibran Rakabuming menguasai mayoritas pencarian di Google di hampir semua provinsi Indonesia.
Grafik pencarian Gibran ini cukup jauh di atas cawapres nomor urut 1 Muhaimin Iskandar dan cawapres nomor urut 3 Mahfud MD dalam periode data 30 hari terakhir, dengan pertanyaan atau queri 'gibran', 'cak imin', dan 'mahfud'.
Kendati begitu, ketiganya sama-sama mendapatkan puncak pencarian saat debat cawapres kedua pada Minggu (21/1).
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
 Grafik perbandingan Google Trends 3 cawapres dalam 30 hari terakhir. (dok Google Trends) |
Saat debat, Gibran mendapat sorotan karena tingkahnya yang seolah-olah mencari jawaban ketika mendengar jawaban dari Mahfud. Momen itu terjadi saat Gibran mempertanyakan soal greenflation atau green inflation kepada Mahfud.
Gibran mendapat skor Google Trends 100 pada 21 Januari. Sementara Mahfud mendapat skor 40, dan Cak Imin mendapat skor paling rendah, 19 dalam periode yang sama.
Gibran unggul hampir di semua provinsi. Putra sulung Presiden Joko Widodo (Jokowi) itu mendapat pencarian terbesar di Sulawesi Tenggara dengan porsi 71 persen, sedangkan Cak Imin 5 persen dan Mahfud 24 persen.
Grafik pencarian Gibran juga masih unggul apabila pertanyaan atau queri diubah menjadi 'Gibran Rakabuming', 'Muhaimin Iskandar', dan 'Mahfud MD'.
Namun demikian, dengan queri tersebut, pencarian Cak Imin sedikit lebih unggul daripada Mahfud. Pada puncak pencarian saat debat cawapres, Gibran mendapat skor 100, Cak Imin 45, dan Mahfud 42.
Lalu, apa saja yang dicari terkait Gibran?
Merujuk data Google Trends, queri 'ipk gibran' menempati urutan pertama di pencarian Google terkait Gibran, berdasarkan Rising Queries.
Rising Queries (pertanyaan naik daun) adalah istilah yang dicari dengan kata kunci yang dimasukkan (atau pencarian keseluruhan jika tidak ada kata kunci yang dimasukkan), yang memiliki pertumbuhan volume paling signifikan dalam waktu tertentu.
Selain itu, ada juga pencarian mengenai sosok Thomas Lembong, Co-Captain Timnas AMIN yang beberapa kali disorot Gibran saat debat dengan queri 'tom lembong'. Kemudian, ada juga pencarian mengenai 'greenflation', istilah yang ditanyakan Gibran ke Mahfud.
Bisa jadi alat prediksi pemilu di halaman selanjutnya...
Google Trends adalah salah satu fitur Google yang menyediakan indeks deret waktu dari volume permintaan pencarian atau masukan pertanyaan atau queri dalam pencarian Google di wilayah geografis tertentu.
Indeks queri didasarkan pada pembagian queri, yakni total volume queri untuk pencarian kata kunci di suatu wilayah dibagi dengan jumlah total queri di wilayah tersebut selama periode waktu tertentu. Angkanya 0-100.
Lewat studi bertajuk 'Predicting the Results of the 2019 Indonesian Presidential Election with Google Trends Analysis of Accuracy, Precision, and Its Opportunity' (2021), Ali Ar Harkan dan Eriyanto dari Universitas Indonesia sempat mengungkap potensi itu.
Mereka, dalam penelitiannya, pernah membandingkan data Google Trends dua capres di Pemilu Presiden 2019, yakni Joko Widodo dan Prabowo Subianto, serta angka real count Pemilu Presiden 2019 yang dipublikasikan Komisi Pemilihan Umum (KPU) pada 21 Mei 2019.
Menurut hitungan KPU, Jokowi di Pemilu 2019 meraup suara nasional (real count) 55,50 persen, sementara Prabowo 44,50 persen suara.
Sementara, Google Trends hanya menunjukkan hasil yang sama di 12 dari keseluruhan 34 wilayah, dengan 22 sisanya negatif.
Studi tersebut menunjukkan Google Trends hanya memprediksi secara akurat kemenangan paslon nomor urut 1 (Jokowi-Ma'ruf Amin) di 12 provinsi.
Yakni, Maluku Utara, Jambi, Sulawesi Selatan, Sumatera Selatan, Jawa Barat, Sulawesi Tenggara, Riau, Banten, Kalimantan Selatan, Nusa Tenggara Barat, Sumatera Barat, Aceh.
Alhasil, penulis mengakui Google Trends "memiliki akurasi dan presisi yang rendah dalam memprediksi pilihan politik pemilih Indonesia berdasarkan data real count Pilpres 2019."
 Grafik perbandingan Google Trends 3 cawapres dalam 30 hari terakhir. (dok Google Trends) |
Keduanya juga menyebut penelitian tentang perilaku pemilih harus terus menggunakan metode survei dan wawancara dan tidak akan digantikan oleh Google Trends dalam waktu dekat.
"Namun penelitian ini menemukan bahwa Google Trends dapat menjadi alat untuk memprediksi pemilu jika ditambahkan hal-hal berikut: analisis sentimen yang lebih representatif dan fitur indeks pencarian untuk setiap aktivitas pencarian pengguna," jelas peneliti.
Sebabnya, pencarian Google bisa terkait informasi positif atau pun negatif pemilih.
Saat pencarian tinggi, ada kemungkinan masyarakat yang lebih memilih kandidat A mencari informasi dengan menggunakan mesin pencari Google untuk kandidat B "namun dengan motivasi dan sentimen negatif."
Sementara, Google Trends tak memberi data soal sentimen pencarian tersebut.
[Gambas:Photo CNN]
"Semakin tinggi intensitas pemilih dalam mencari informasi terhadap seorang calon, belum tentu pemilih tersebut lebih memilih calon tertentu," menurut peneliti.
"Kelemahan ini merupakan keterbatasan Google Trends sebagai alat yang berguna untuk memprediksi pilihan politik," ungkap Ali Ar Harkan dan Eriyanto.
Meski demikian,peneliti mengakui Google Trends sebenarnya bisa dikembangkan sebagai alat untuk memprediksi pilihan politik pemilih.
Google Trends memiliki keunggulan dalam hal efisiensi dalam mengukur dominasi isu-isu tertentu dalam populasi. Bentuknya, pengamatan volume pencarian kata kunci dan/atau topik di mesin pencari Google.
Syaratnya, kata Ali Ar Harkan dan Eriyanto,Google Trends mengembangkan fitur yang menganalisis sentimen dari aktivitas pencarian yang dilakukan pengguna "agar menjadi alat yang akurat dalam memprediksi pemenang pemilu."
Selain itu, Google Trends mesti mengembangkan fitur yang menangkap volume pencarian yang lebih mewakili satu individu harus dikembangkan.
Tujuannya, kata penulis, untuk memastikan tidak ada penghitungan ganda jika salah satu pengguna Google lebih intensif dalam mencari data tertentu dibandingkan pengguna lainnya.