Pabrikan ponsel asal Korea Selatan, Samsung, optimistis kehadiran Galaxy S24 series yang meluncur awal tahun ini bisa meningkatkan performa penjualan dan mengalahkan Apple di pasar ponsel pintar global.
Samsung memang membukukan penurunan laba untuk kuartal keempat berturut-turut pada Rabu (31/1), mengakhiri periode suram yang juga membuatnya kehilangan mahkota sebagai pembuat smartphone teratas di dunia.
Raksasa teknologi Korea Selatan ini membukukan penurunan laba sebesar 35 persen pada hari Rabu, sebagai pertanda bahwa permintaan untuk perangkat konsumen dan chip yang menggerakkannya masih tetap lesu.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Perusahaan mengatakan laba operasionalnya turun menjadi hampir US$2,1 miliar (setara Rp32,9 triliun) pada kuartal Desember, dibandingkan US$3,5 miliar (Rp54,8 triliun) setahun sebelumnya.
Kendati begitu, Samsung optimistis bakal kebangkitan permintaan perangkat seluler buatan mereka tahun ini.
Perusahaan mengatakan kepada para investor bahwa mereka mengantisipasi pasar ponsel pintar akan pulih pada tahun 2024, terutama dengan peluncuran produk-produk baru, seperti Galaxy S24 series yang sudah bertenaga AI akan "mendorong peningkatan permintaan."
Samsung, yang telah lama merajai pasar ponsel global, harus rela disalip Apple pada kuartal keempat tahun lalu. Merujuk data firma riset pasar IDC, penjualan iPhone berhasil menguasai 20,1 persen pangsa pasar global pada tahun 2023, sedikit di atas Samsung yang hanya 19,4 persen.
Perusahaan Korea Selatan ini mengakui "penjualan smartphone menurun" selama kuartal keempat, meskipun mereka mencatat peningkatan permintaan untuk smartphone kelas atas dibandingkan dengan tiga bulan sebelumnya.
Penjualan tablet juga melonjak karena pelanggan tertarik dengan peluncuran produk baru, mengutip CNN.
Samsung juga tengah menghadapi berbagai tantangan. Setelah kekurangan pasokan selama Covid, pasokan semikonduktor menurun selama setahun terakhir karena permintaan konsumen untuk barang elektronik tetap lemah akibat ketidakpastian ekonomi global.
Hal ini menyebabkan kerugian besar bagi Samsung sebagai pembuat chip memori terbesar di dunia.
Pada hari Rabu, perusahaan membukukan kerugian sekitar US$ 11,2 miliar (setara Rp175,2 triliun) untuk unit solusi perangkatnya, yang mencakup bisnis chip memori, untuk tahun 2023, dibandingkan dengan keuntungan US$ 17,8 miliar (setara Rp278,5 triliun) pada tahun sebelumnya.
Tahun ini, bagaimanapun juga, pasar diperkirakan akan pulih secara bertahap, "meskipun ada berbagai potensi hambatan, termasuk kebijakan suku bunga dan masalah geopolitik," kata Samsung dalam sebuah pernyataan pada hari Rabu.
Perusahaan ini berhasil mematok harga yang lebih tinggi untuk chip memori pada kuartal keempat dibandingkan dengan kuartal sebelumnya, menunjukkan sedikit "peningkatan kinerja," tambahnya.
Samsung memperingatkan bahwa mereka akan terus menghadapi tantangan. "Karena ketidakpastian ekonomi makro yang sedang berlangsung diperkirakan akan membebani lingkungan bisnis dalam waktu dekat,"
"Perusahaan memperkirakan pendapatan pada paruh pertama tahun 2024 akan menunjukkan peningkatan moderat, dengan peningkatan yang lebih signifikan diharapkan terjadi pada paruh kedua tahun ini," katanya.
Perusahaan | Penjualan 2023 | Pangsa Pasar 2023 | Penjualan 2022 | Pangsa Pasar 2022 | Pertumbuhan 2023/2022 |
Apple | 234,6 juta unit | 20,1% | 226,3 | 18,8% | 3,7% |
Samsung | 226,6 juta unit | 19,4% | 262,2 | 21,7% | -13,6% |
Xiaomi | 145,9 juta unit | 12,5% | 153,2 | 12,7% | -4,7% |
OPPO | 103,1 juta unit | 8,8% | 114,4 | 9,5% | -9,9% |
Transsion | 94,9 juta unit | 8,1% | 72,6 | 6,0% | 30,8% |
Lainnya | 361,8 juta unit | 31,0% | 377,2 | 31,3% | -4,1% |
Total | 1.166,9 juta unit | 100% | 1.205,9 | 100% | -3,2% |
Sumber: IDC
(dmi/arh)