Peneliti BRIN Ungkap Potensi Pertahanan IKN Pakai AI
Kecerdasan buatan (AI) disebut bisa digunakan sebagai salah satu pertahanan cerdas (smart defense) bagi keamanan negara, terutama di kawasan Ibu Kota Nusantara (IKN).
"Pertama, sebagai alat yang bisa membantu memberikan keputusan dalam tata kelola organisasi, manajemen personal, manajemen anggaran, dan manajemen logistik," ungkap Kepala Pusat Riset Kecerdasan Artifisal dan Kemanan Siber Badan Riset dan Inovasi Nasional (BRIN) Anto Satriyo Nugroho, dalam Focus Group Discussion, di Jakarta, Rabu (6/3), dikutip dari situs BRIN.
"Kedua, sistem informasi operasional militer, dan ketiga, sebagai tools bagi penerapan teknologi sistem senjata," lanjutnya.
Di sisi lain, Anto menilai bahwa penetrasi koneksi internet yang meningkat dari tahun ke tahun di Indonesia menjadi salah satu ancaman bagi keamanan.
"Pertumbuhan tingkat penetrasi internet di Indonesia meningkat dari tahun ke tahun. Saat ini hampir 79,5 persen jumlah penduduk Indonesia sudah terkoneksi internet," ujarnya.
IKN yang berlokasi di Penajam Paser Utara, Kalimantan Timur, memunculkan tantangan dalam perencanaan strategi pertahanan.
Pertama, IKN memiliki karakteristik geografi militer dengan faktor-faktor fisik, seperti relasi spasial, bentang wilayah darat, serta karakteristik perairan pesisir dan laut, yang berbeda dengan Jakarta.
Hal ini memungkinkan ancaman terhadap keamanan IKN juga berubah dan bahkan berlipat ganda.
Direktur Pengkajian Hankam dan Geografi Lemhanas RI Rolland D.G Waha mengatakan, konsep pertahanan Indonesia harus mengikuti kondisi goegrafis di Indonesia yang nantinya akan menentukan alat utama sistem senjata (alutsista) yang diperlukan.
Sehingga, penggunaannya tidak bisa memaksakan seperti kondisi di negara lain.
"Desainlah smart defense ini berdasarkan apa yang kita miliki, bukan orang lain yang miliki," ujarnya.
Rolland menambahkan IKN menjadi rawan kalau ada pertempuran hegemoni antara Amerika Serikat dengan China, terutama di sekitar wilayah Indonesia. Sehingga, pergelaran pertahanan Indonesia harus melihat posisi gelar kedua kutub dunia tersebut.
(tim/arh)