Staf Google Curi Rahasia Soal AI, Jual ke Startup China
Google menggugat karyawannya yang diduga mencuri rahasia teknoloi kecerdasan buatan (AI) perusahaan, lalu menjualnya ke perusahaan rintisan di China.
Karyawan bernama Linwei Ding atau Leon Ding, didakwa mencuri rahasia dagang AI dari raksasa teknologi tersebut dan secara diam-diam bekerja sama dengan dua perusahaan industri AI yang berbasis di China.
Ding didakwa dengan empat dakwaan pencurian rahasia dagang. Jika terbukti bersalah, ia terancam hukuman hingga 10 tahun penjara untuk setiap tuduhan.
"Departemen Kehakiman tidak akan mentolerir pencurian kecerdasan buatan dan teknologi canggih lainnya yang dapat membahayakan keamanan nasional kita," kata Jaksa Agung Merrick Garland dalam sebuah pernyataan, Rabu (6/4), mengutip CNN.
Merrick menambahkan pihaknya akan dengan tegas melindungi teknologi sensitif yang dikembangkan di Amerika Serikat (AS) agar tidak jatuh ke tangan pihak-pihak yang seharusnya tidak memilikinya.
Ding, seorang warga negara China berusia 38 tahun yang tinggal di California, dituduh menyalin lebih dari 500 file berisi informasi rahasia dari Google ke dalam akun pribadinya selama satu tahun sejak 2022. Jaksa penuntut menyebut file-file ini termasuk teknologi yang terlibat dalam blok bangunan pusat data superkomputer canggih Google.
Ding sampai saat ini belum memliki pengacara untuk menghadapi gugatan tersebut.
Sebagai bagian dari tanggung jawabnya di Google, kata jaksa penuntut, Ding membantu mengembangkan perangkat lunak yang digunakan di pusat data superkomputer Google. Pekerjaan itu membuat Ding memiliki akses ke infrastruktur perangkat keras Google, platform perangkat lunak, dan model serta aplikasi AI yang mereka dukung.
Departemen Kehakiman mengatakan beberapa bulan setelah Ding diduga mulai menyalin file Google, dia ditawari posisi sebagai chief technology officer untuk sebuah "perusahaan teknologi tahap awal" yang berbasis di China.
Ding diduga pergi ke China selama beberapa bulan, di mana ia berpartisipasi dalam pertemuan investor untuk mengumpulkan uang bagi perusahaan tersebut. Para calon investor perusahaan tersebut diberitahu bahwa Ding adalah seorang eksekutif dan memiliki 20 persen saham perusahaan.
Jaksa penuntut menjelaskan Ding mengambil langkah-langkah untuk menyembunyikan pekerjaannya saat berada di China, di antaranya dengan meminta karyawan lain menggunakan lencananya untuk mengakses kantornya sehingga terlihat seperti berada di AS.
Pada tahun berikutnya, Ding mendirikan perusahaan teknologinya sendiri di bidang "industri AI dan pembelajaran mesin."
Perusahaan tersebut diduga mendaftar ke program startup yang berbasis di China dan mengklaim mereka memiliki pengalaman dengan platform daya komputasi sepuluh ribu kartu Google. Mereka juga menyebut hanya perlu mereplikasi dan meningkatkannya, untuk kemudian mengembangkan lebih lanjut platform daya komputasi yang sesuai dengan kondisi nasional China.
Dalam sebuah pernyataan, Google mengatakan telah melakukan investigasi menyeluruh terhadap dugaan pelanggaran yang dilakukan Ding dan dengan cepat merujuk kasus ini ke FBI.
Juru bicara Google José Castañeda menyebut Ding adalah seorang karyawan junior, dan perusahaan memantau transfer file ke platform penyimpanan cloud termasuk Google Drive dan Dropbox.
"Kami memiliki perlindungan yang ketat untuk mencegah pencurian informasi komersial dan rahasia dagang rahasia kami," kata Castañeda.
"Setelah dilakukan penyelidikan, kami menemukan bahwa karyawan ini mencuri banyak dokumen, dan kami segera menyerahkan kasus ini kepada penegak hukum. Kami berterima kasih kepada FBI yang telah membantu melindungi informasi kami dan akan terus bekerja sama dengan mereka secara erat," tambahnya.
(lom/dmi)