Cuaca ekstrem, berupa hujan lebat hingga angin kencang, berpotensi menerjang banyak wilayah Indonesia imbas gelombang atmosfer sampai bibit siklon.
"PERINGATAN DINI: Masyarakat dihimbau agar tetap waspada dan berhati-hati terhadap potensi cuaca ekstrem (puting beliung, hujan lebat disertai kilat/petir, hujan es, dll) dan dampak yang dapat ditimbulkannya," demikian keterangan Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG) dalam Prospek Cuaca Seminggu ke Depan Periode 12–18 Maret.
"Seperti banjir, tanah longsor, banjir bandang, genangan, angin kencang, pohon tumbang, dan jalan licin dalam satu minggu ke depan."
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Berikut rincian wilayah yang dapat peringatan dini tersebut:
12-13 Maret
Sumatra Utara, Bengkulu, Jambi, Lampung, Banten, Jawa Barat, DKI Jakarta, Jawa Tengah, DI Yogyakarta, Jawa Timur, Bali, Nusa Tenggara Barat, Nusa Tenggara Timur;
Kalimantan Tengah, Kalimantan Utara, Kalimantan Timur, Kalimantan Selatan, Sulawesi Tengah, Sulawesi Tenggara, Maluku, Papua Barat, dan Papua.
14–15 Maret
Bengkulu, Sumatra Selatan, Lampung, Banten, Jawa Barat, DKI Jakarta, Jawa Tengah, DI Yogyakarta, Jawa Timur, Bali, Nusa Tenggara Barat, Nusa Tenggara Timur;
Kalimantan Barat, Kalimantan Tengah, Kalimantan Timur, Kalimantan Utara, Sulawesi Selatan, Sulawesi Tenggara, Sulawesi Tengah, Gorontalo, Maluku, Papua Barat, dan Papua.
16–18 Maret
Sumatra Barat, Jambi, Bengkulu, Sumatra Selatan, Lampung, Banten, Jawa Barat, Jawa Tengah, DI Yogyakarta, Jawa Timur, Bali, Nusa Tenggara Barat, Nusa Tenggara Timur;
Kalimantan Barat, Kalimantan Tengah, Kalimantan Selatan, Kalimantan Timur, Kalimantan Utara, Sulawesi Selatan, Sulawesi Tenggara, Sulawesi Tengah, Maluku, Papua Barat, dan Papua.
BMKG menuturkan pemicu signifikan cuaca ekstrem sepekan ke depan mencakup sejumlah fenomena.
Pertama, fenomana atmosfer Madden Julian Oscillation (MJO) yang aktif pada fase 4 (Samudera Hindia).
Kedua, aktivitas gelombang atmosfer Rossby Ekuatorial yang diprakirakan aktif sepekan ke depan di sebagian wilayah Lampung, Banten, Jawa Barat, DKI Jakarta, Jawa Tengah, DI Yogyakarta, Jawa Timur.
Selain itu, di Bali, Nusa Tenggara Barat, Nusa Tenggara Timur, Sulawesi Selatan, Sulawesi Tenggara, Maluku, Maluku Utara, Papua Barat, dan Papua.
Ketiga, gelombang atmosfer Kelvin yang diprediksi aktif di wilayah Kalimantan Utara, Kalimantan Timur, Bali, Nusa Tenggara Barat, Nusa Tenggara Timur, Maluku, Papua Barat, dan Papua.
Keempat, Bibit Siklon Tropis 91S yang terpantau di Samudra Hindia sebelah selatan Jawa bergerak ke arah timur- tenggara.
Bibit Siklon Tropis ini menginduksi daerah peningkatan kecepatan angin >25 knot (low level jet) di Samudra Hindia barat daya Sumatra hingga Samudra Hindia selatan Jawa yang mampu meningkatkan potensi tinggi gelombang di sekitar Bibit siklon tropis tersebut.
Kelima, Sirkulasi Siklonik yang terpantau di Australia barat bagian utara dan di Teluk Carpentaria utara Australia yang membentuk daerah konvergensi memanjang di perairan utara Australia hingga Teluk Carpentaria.
Daerah konvergensi lainnya terpantau memanjang dari pesisir barat Sumatra Barat hingga Bengkulu, dari Lampung hingga Jawa Barat, dari Jawa Tengah hingga Jawa Timur, di Bali, Nusa Tenggara, di Kalimantan Barat, Kalimantan Tengah, di Sulawesi Selatan, Sulawesi Tenggara dan di Papua.
Keenam, daerah pertemuan angin (konfluensi) yang memanjang di Laut Jawa, Selat Karimata, di Samudra Hindia barat daya Sumatra hingga selatan Jawa, Samudra Hindia selatan Bali-Nusa Tenggara.
Ada pula di perairan utara dan selatan Jawa-Nusa Tenggara, Laut Flores, NTB, NTT, Laut Sawu, Laut Timor, dan dari Laut Banda hingga Papua bagian selatan dan Laut Arafuru.
"Kondisi tersebut mampu meningkatkan potensi pertumbuhan awan hujan di sekitar Bibit Siklon Tropis, sirkulasi siklonik dan di sepanjang daerah konvergensi/konfluensi/low level jet tersebut," kata BMKG.
(tim/arh)