Anakonda Raksasa Amazon Mati Diduga Ditembak, Peneliti Patah Hati

CNN Indonesia
Kamis, 28 Mar 2024 15:51 WIB
Anakonda hijau raksasa ditemukan mati diduga akibat tertembak. (Foto: Instagram/@freekvonk)
Jakarta, CNN Indonesia --

Anakonda hijau (Eunectes akayima), ular betina raksasa spesies yang baru ditemukan di Amerika Latin, mati di sungai diduga tertembak. Peneliti yang pernah berenang bersamanya pun berduka.

"BREAKING: dengan rasa sakit hati yang mendalam, saya ingin mengabarkan anakonda hijau besar yang perkasa yang pernah berenang bersamaku ditemukan mati di sungai akhir pekan ini," ungkap Freek Vonk, profesor di VU University Amsterdam, salah satu dari 15 peneliti penemu spesies baru ini, di akun Instagram-nya, dua hari lalu.

Soal penyebab kematian ular sepanjang hampir 7 meter itu, Vonk mengaku "mendengar dari berbagai sumber bahwa dia ditembak mati. Walau begitu, masih belum ada konfirmasi resmi mengenai penyebab kematiannya."

"Saya sangat sedih dan marah pada saat yang bersamaan! Sungguh kehilangan yang menyedihkan dan tragis. Dan betapa gilanya Anda melakukan ini pada hewan cantik dan unik seperti itu!?" cetus dia, dalam unggahan berbahasa Belanda.

Kematian satwa ini tak jauh dari publikasi jurnal ilmiah soal status spesies barunya di jurnal MDPI yang ditulis oleh 15 periset lintas negara, termasuk Vonk, pada Februari.

Lewat studi bertajuk 'Disentangling the Anacondas: Revealing a New Green Species and Rethinking Yellows' ini, para pakar mengidentifikasi dua kelompok yang berbeda pada anakonda.

Peneliti menggarisbawahi anakonda hijau ini berbeda secara genetik dari anakonda Eunectes murinus.

Anakonda raksasa mati tergeletak di sungai. (Foto: Instagram/@freekvonk)

"Hal ini menyebabkan pengakuan anakonda hijau utara sebagai spesies yang terpisah (Eunectes akayima), berbeda dengan spesies selatannya (E. murinus), anakonda hijau selatan," menurut para peneliti.

"Selain itu, data kami menantang pemahaman saat ini mengenai spesies anakonda kuning dengan mengusulkan penyatuan Eunectes deschauenseei dan Eunectes beniensis ke dalam satu spesies dengan Eunectes notaeus," lanjut mereka.

Saat mengungkap temuan ini, Vonk menjelaskan anakonda hijau yang habitatnya mencakup kawasan bagian utara Amerika Selatan, termasuk Venezuela, Suriname, dan Guyana Perancis, itu punya perbedaan genetik dengan anakonda biasa sebesar 5,5 persen.

Menurut dia, perbedaan genetik itu sangat signifikan. "Sebagai gambaran, manusia dan simpanse hanya berbeda sekitar 2 persen secara genetik," ungkap dia.

Ia pun menggambarkan ular tersebut seperti 'monster' karena memiliki badan setebal ban mobil, dengan panjang 8 meter dan beratnya lebih dari 200 kg, serta kepala sebesar kepala manusia.

Kenangan indah

Vonk pun terkenang dengan momen berenang bareng dirinya dengan anakonda hijau di dasar sungai, beberapa waktu lalu, yang kemudian viral di media sosial dan televisi internasional.

Saat itu, ia berenang masih dengan menggunakan setelan kemeja dan dasi serta jam tangan.

"Saya tidak akan pernah lupa betapa istimewanya menghabiskan waktu bersamanya di dasar sungai. Saya sangat terkejut ketika melihat betapa besarnya dia! Itu adalah ular terbesar yang pernah saya lihat dengan mata kepala sendiri. Seekor binatang raksasa," serunya.

Ia pun menggarisbawahi sang anakonda tak punya tanda-tanda layak dihabisi secara kejam.

[Gambas:Instagram]

"Saya berenang di sampingnya setidaknya selama satu jam. Dan hal yang menarik adalah dia tampak sama sekali tidak terganggu dengan kehadiranku."

"Satu-satunya hal yang menunjukkan bahwa dia memperhatikanku adalah kenyataan bahwa dia kadang-kadang menjulurkan lidahnya untuk menghirup sejumlah aroma untuk mencium apa yang sedang terjadi. Selain itu, dia hanya melakukan urusannya sendiri," tutur Vonk.

"Dia benar-benar ular yang tangguh, unik, dan dia tidak pantas menerima [kematian dengan cara seperti] ini..." cetusnya.

Sang periset pun mengungkap polisi masih menyelidiki kasus kematian ular istimewa ini. 

"Saya berharap pelakunya ditemukan dan diadili, karena tindakan seperti ini harus dihukum berat. Saya memahami bahwa penyelidikan polisi skala besar sedang dilakukan di tempat dia ditemukan, semoga kejelasan lebih lanjut akan segera muncul," urainya.

"Ssaya hanya bisa bersedih melihat betapa manusia seolah-olah terus-menerus merusak alam tanpa tujuan. Itu sangat tidak berguna dan sangat mematikan dan merupakan dosa besar..." tandasnya.

(tim/arh)
KOMENTAR

ARTIKEL TERKAIT
TOPIK TERKAIT
TERPOPULER
LAINNYA DARI DETIKNETWORK