Faktor-faktor Atmosfer yang Bikin Jakarta Banjir Lagi

CNN Indonesia
Kamis, 04 Apr 2024 11:14 WIB
Sejumlah fenomena atmosfer berpengaruh terhadap hujan di sekitar Jakarta yang memicu banjir hingga pagi ini.
Banjir di Kelapa Gading, Jakarta, Jumat (22/3). Bencana yang sama terjadi sejak kemarin hingga pagi ini. (ANTARA FOTO/Erlangga Bregas Prakoso)
Jakarta, CNN Indonesia --

Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG) mengungkap sejumlah fenomena atmosfer berpengaruh terhadap hujan lebat di Indonesia kemarin, termasuk di sekitar Jakarta, yang kemudian memicu banjir.

Setelah digenangi air di akhir Maret, Jakarta kembali banjir pagi ini disebabkan oleh luapan sungai yang melintasi kota, yang hulunya banyak berasal dari kawasan Bogor, dan curah hujan tinggi.

Menurut data Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) DKI Jakarta per Kamis (4/4) pukul 04.00 WIB, 40 wilayah Rukun Tetangga (RT) dan lima ruas jalan tergenang banjir.

ADVERTISEMENT

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Rinciannya, pertama, tiga RT di kawasan Jakarta Barat. Yakni, satu RT di Kedoya Selatan dan dua RT di Kembangan Selatan yang terendam air akibat luapan Kali Pesanggrahan.

Kedua, tujuh RT di Jakarta Selatan; satu RT di Pela Mampang digenangi luapan Kali Mampang; satu RT di Kebagusan imbas luapan Kali Pesanggrahan; empat RT di Pejaten Timur akibat curah hujan tinggi dan luapan Kali Ciliwung; satu RT di Ragunan akibat curah hujan tinggi.

Ketiga, 30 RT di Jakarta Timur; di antaranya, satu RT di Lubang Buaya akibat curah hujan tinggi dan luapan Kali Molek; tiga RT di Kampung Melayu imbas curah hujan tinggi dan luapan Kali Ciliwung, lima RT di Cawang karena curah hujan tinggi dan luapan Kali Ciliwung.

Fenomena atmosfer

Pantauan citra satelit BMKG, dalam Ikhtisar Cuaca Harian Rabu 3 April, mengungkap wilayah penyebaran awan konvektif atau pembentuk hujan yang signifikan selama 24 jam terakhir mencakup banyak wilayah, termasuk Banten, Jakarta, Jawa Barat.

Menurut pengukuran, beberapa wilayah di Jabodetabek memiliki curah hujan signifikan, terutama Bogor.

Lima besar diisi oleh Atang Sanjaya Bogor (46 mm), Stasiun Klimatologi Jawa Barat, Bogor, (37,5 mm), Automatic Weather Station BSD Serpong, Tangsel, (24,2 mm), Stasiun Meteorologi Curug, Tangerang, (20,2 mm), dan Citayam, Kab. Bogor (13,9 mm).

Jakarta dan Jabar pun rutin diprediksi masuk wilayah potensi hujan disertai kilat/petir sejak Rabu (3/4) hingga Jumat (5/4).

"Secara umum curah hujan tiga hari ke depan yang berpotensi menyebabkan bencana hidrometeorologi terdapat di sebagian wilayah Sumatera Utara, Sumatra Barat, Bengkulu, Sumatera Selatan, Lampung, Banten, DKI Jakarta, Jawa Barat," ungkap BMKG.

"Jawa Tengah, Jawa Timur, Nusa Tenggara Barat, Nusa Tenggara Timur, Kalimantan Barat, Kalimantan Tengah, Kalimantan Selatan, Sulawesi Utara, Sulawesi Barat, Sulawesi Selatan, Sulawesi Tenggara, Sulawesi Tengah, Maluku Utara, Papua Barat, dan Papua," lanjut keterangan itu.

Apa pemicunya?

BMKG mengungkap sejumlah fenomena yang berpengaruh pada curah hujan di Indonesia, termasuk Jabodetabek, kemarin.

Pertama, Gelombang Rossby Ekuator. Fenomena ini merambat ke arah barat yang berpotensi meningkatkan aktivitas konvektif serta pembentukan pola sirkulasi siklonik di sekitar wilayah tersebut.

Kedua, kombinasi antara gelombang Kelvin, gelombang Madden Julian Oscillation (MJO), dan gelombang Rossby Ekuator pada wilayah dan periode yang sama di Samudra Hindia Barat Bengkulu, NTB, NTT.

Ketiga, daerah konvergensi atau penyatuan angin yang di antaranya terpantau memanjang dari Bengkulu hingga Pesisir Barat Sumatra Barat, di Laut Jawa.

Keempat, Labilitas Lokal Kuat. Faktor ini mendukung proses pembentukan awan hujan atau konvektif pada skala lokal, termasuk di Jawa Barat.

[Gambas:Video CNN]

(tim/arh)
LAINNYA DI DETIKNETWORK
LIVE REPORT
TERPOPULER