Benarkah Penyemaian Awan Jadi Dalang Banjir Parah Dubai?

CNN Indonesia
Kamis, 18 Apr 2024 17:26 WIB
Di media sosial beredar teori hujan badai yang menyebabkan banjir di Dubai akibat praktik penyemaian awan. Benarkah demikian?
Ilustrasi. Di media sosial beredar teori hujan badai yang menyebabkan banjir di Dubai akibat praktik penyemaian awan. Benarkah demikian? (Foto: REUTERS/Abdel Hadi Ramahi)
Jakarta, CNN Indonesia --

Banjir merendam sejumlah wilayah Dubai, Uni Emirat Arab (UEA), hingga menyulap lalu lintas bak sungai. Banjir tersebut akibat hujan lebat dengan curah hujan sebesar 250 milimeter yang mengguyur sejumlah wilayah UEA selama kurang dari 24 jam sejak Selasa (16/4).

Di media sosial, netizen ramai menyampaikan teori bahwa hujan lebat tersebut akibat pemerintah setempat melakukan cloud seeding atau penyemaian awan.

Melansir Reuters, penyemaian awan adalah proses di mana bahan kimia disebar awan untuk meningkatkan curah hujan di lingkungan yang mengalami kelangkaan air.

ADVERTISEMENT

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

UEA dan wilayah lain di Semenanjung Arab sebelumnya memang dikenal sebagai negara dengan iklim gurun yang kering dan jarang hujan. Suhu udara di musim panasnya pun dapat menembus lebih dari 50 derajat Celsius.

Mereka kemudian memanfaatkan teknologi penyemaian awan untuk menghasilkan hujan. Namun, di sisi lain UEA juga tidak memiliki sistem drainase untuk mengatasi hujan lebat dan jalanan yang terendam tidak jarang terjadi selama hujan.

Lalu, benarkah penyemaian awan menjadi dalang di balik badai yang mengakibatkan banjir parah di Dubai?

Penyemaian awan merupakan strategi modifikasi cuaca yang sudah ada sejak puluhan tahun lalu. Teknologi ini memanfaatkan zat-zat pengikat seperti garam debu atau asap ke atmosfer sebagai upaya mendapatkan lebih banyak curah hujan.

UEA sudah memulai program penyemaian awan pada tahun 1990-an dengan menggunakan satu kilogram garam yang ditembakkan ke awan dari pesawat yang dilengkapi peralatan khusus.

"Pesawat khusus kami hanya menggunakan garam alami, dan tidak ada bahan kimia berbahaya," kata Pusat Meteorologi Nasional UEA (NCM), mengutip The Guardian.

NCM juga menegaskan bahwa sebelum badai yang mengakibatkan banjir besar di Dubai pihaknya tidak melakukan operasi penyemaian awan.

"Kami tidak melakukan operasi penyemaian selama peristiwa cuaca khusus ini. Inti dari penyemaian awan terletak pada penargetan awan pada tahap awal, sebelum curah hujan. Terlibat dalam kegiatan penyemaian selama skenario badai petir yang parah akan terbukti sia-sia," kata Omar Al Yazeedi, wakil direktur jenderal NCM.

Bantahan pakar

Para ahli juga membantah teori penyemaian awan sebagai penyebab badai yang mengakibatkan banjir. Maarten Ambaum, profesor fisika dan dinamika atmosfer di University of Reading mengatakan bahwa "penyemaian awan, khususnya di UEA, digunakan untuk awan yang biasanya tidak menghasilkan hujan."

Selain itu, menurut dia, penyemaian awan di sana biasanya tidak akan membuat badai yang sangat parah.

"Pada tahun 50-an dan 60-an, orang masih berpikir tentang penggunaan penyemaian awan untuk menghasilkan peristiwa cuaca yang besar, atau mengubah peristiwa cuaca yang besar. Hal ini [telah] lama diakui sebagai kemungkinan yang tidak realistis," kata Maarten.

Friederike Otto, dosen senior ilmu iklim di Imperial College London, mengatakan curah hujan menjadi lebih lebat di seluruh dunia seiring dengan menghangatnya iklim karena atmosfer yang lebih hangat dapat menahan lebih banyak uap air. Menurutnya keliru jika mengaitkan penyemaian awan sebagai penyebab curah hujan yang tinggi.

"Penyemaian awan tidak dapat menciptakan awan dari ketiadaan. Penyemaian awan hanya mendorong air yang sudah ada di langit untuk mengembun lebih cepat dan menjatuhkan air di tempat-tempat tertentu. Jadi, pertama-tama, Anda membutuhkan kelembapan. Tanpa itu, tidak akan ada awan," kata Otto.

Danil Swain, seorang ilmuwan iklim, mengungkap bahwa sangat penting untuk memahami penyebab yang masuk akal dari curah hujan ekstrem di Dubai dan beberapa bagian Semenanjung Arab.

"Apakah penyemaian awan berperan? Sepertinya tidak! Tapi bagaimana dengan perubahan iklim? Kemungkinan besar ya!" kata Daniel.

Peran krisis iklim

Para ahli percaya curah hujan yang sangat tinggi kemungkinan besar disebabkan sistem cuaca normal yang diperburuk oleh perubahan iklim.

Esraa Alnaqbi, prakirawan cuaca senior di NCM, mengatakan sistem tekanan rendah di atmosfer bagian atas, ditambah dengan tekanan rendah di permukaan, telah bertindak seperti "tekanan" di udara.

Tekanan tersebut, yang diintensifkan oleh kontras antara suhu yang lebih hangat di permukaan tanah dan suhu yang lebih dingin di tempat yang lebih tinggi, menciptakan kondisi untuk badai petir yang kuat. Ia menambahkan perubahan iklim juga mungkin berkontribusi terhadap badai tersebut.

Para ilmuwan iklim mengatakan peningkatan suhu global akibat perubahan iklim menyebabkan terjadinya lebih banyak peristiwa cuaca ekstrem di seluruh dunia, termasuk curah hujan yang tinggi.

"Curah hujan dari badai petir, seperti yang terlihat di UEA dalam beberapa hari terakhir, mengalami peningkatan yang sangat kuat dengan adanya pemanasan. Ini karena konveksi, yang merupakan aliran udara yang kuat dalam badai petir, menguat di dunia yang lebih hangat," ujar Dim Coumou, profesor di bidang iklim ekstrem di Vrije Universiteit Amsterdam.

[Gambas:Video CNN]



(tim/dmi)


[Gambas:Video CNN]
LAINNYA DI DETIKNETWORK
LIVE REPORT
TERPOPULER