Fakta-fakta Cuaca Panas 'Panggang' Indonesia

CNN Indonesia
Selasa, 07 Mei 2024 08:33 WIB
Cuaca panas yang membuat kondisi cenderung gerah tengah 'memanggang' Indonesia. Berikut fakta-fakta cuaca panas di Indonesia.
Ilustrasi. Cuaca panas yang membuat kondisi cenderung gerah tengah 'memanggang' Indonesia. (Foto: CNN Indonesia/Adhi Wicaksono)
Daftar Isi
Jakarta, CNN Indonesia --

Cuaca panas yang membuat kondisi cenderung gerah mulai 'memanggang' Indonesia. Berikut adalah fakta-fakta cuaca panas di Tanah Air.

Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG) mencatat ada kenaikan suhu di Indonesia dalam beberapa waktu terakhir. Misalnya, suhu udara maksimum tertinggi di Indonesia selama beberapa waktu terakhir tercatat terjadi di Palu dengan suhu mencapai 37,8 derajat Celcius pada 23 April lalu.

ADVERTISEMENT

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Suhu udara maksimum di atas 36,5 derajat Celcius juga tercatat di beberapa wilayah lain, yaitu pada tanggal 21 April di Medan, Sumatera utara yang mencapai 37,0 derajat Celcius, dan di Saumlaki, Maluku mencapai suhu maksimum sebesar 37.8 derajat Celcius, serta pada tanggal 23 April di Palu, Sulawesi Tengah mencapai 36,8 derajat Celcius.

Berikut adalah fakta-fakta cuaca panas yang 'panggang' Indonesia:

Bukan heatwave

Kepala BMKG Dwikorita Karnawati dalam keterangannya resminya menyebut cuaca panas yang terjadi di sejumlah wilayah Indonesia akhir-akhir ini disebabkan oleh peralihan musim atau pancaroba, dan bukan akibat gelombang panas atau heatwave sebagaimana yang terjadi di negara-negara Asia lainnya.

Berdasarkan karakteristik dan indikator statistik pengamatan suhu yang dilakukan BMKG, fenomena cuaca panas yang terjadi di Tanah Air tidak dapat dikategorikan sebagai gelombang panas.

"Memang betul, saat ini gelombang panas sedang melanda berbagai negara Asia, seperti Thailand dengan suhu maksimum mencapai 52 derajat Celcius. Kamboja, dengan suhu udara mencapai level tertinggi dalam 170 tahun terakhir, yaitu 43 derajat Celcius pada minggu ini," kata Dwikorita dalam keterangan tertulisnya, Senin (6/5).

"Namun, khusus di Indonesia yang terjadi bukanlah gelombang panas, melainkan suhu panas seperti pada umumnya," ungkapnya menambahkan.

Dwikorita mengatakan kondisi maritim di sekitar Indonesia dengan laut yang hangat dan topografi pegunungan mengakibatkan naiknya gerakan udara, sehingga memungkinkan terjadinya penyanggaan atau buffer kenaikan temperatur secara ekstrem dengan terjadi banyak hujan yang mendinginkan permukaan secara periodik.

Hal tersebut, kata Dwikorita, menyebabkan tidak terjadinya gelombang panas di wilayah Kepulauan Indonesia.

Akibat pancaroba

Dwikorita menjelaskan suhu panas saat ini terjadi akibat dari pemanasan permukaan sebagai dampak dari mulai berkurangnya pembentukan awan dan berkurangnya curah hujan.

Hal ini merupakan sesuatu yang umum terjadi pada periode peralihan musim hujan ke musim kemarau, sebagai kombinasi dampak pemanasan permukaan dan kelembaban yang masih relatif tinggi pada periode peralihan ini.

"Periode peralihan ini umumnya dicirikan dengan kondisi pagi hari yang cerah, siang hari yang terik dengan pertumbuhan awan yang pesat diiringi peningkatan suhu udara, kemudian terjadi hujan pada siang menjelang sore hari atau sore menjelang malam hari," terangnya.

Sementara itu, kondisi gerah serupa juga dapat terasa jika langit masih tertutup awan dengan suhu udara serta kelembapan udara yang relatif tinggi. Namun, udara akan berangsur-angsur mendingin kembali jika hujan sudah mulai turun.

Masuk musim kemarau

Berdasarkan data BMKG, hingga awal Mei 2024 baru 8 persen wilayah Indonesia (56 Zona Musim atau ZOM) telah memasuki musim kemarau.

Deputi Bidang Klimatologi Ardhasena Sopaheluwakan menyebut wilayah yang telah memasuki periode musim kemarau tersebut meliputi sebagian Aceh, sebagian Sumatera Utara, Riau bagian utara, sekitar Pangandaran Jawa Barat, sebagian Sulawesi Tengah dan sebagian Maluku Utara.

Pada periode hingga satu bulan ke depan, terdapat beberapa wilayah yang akan memasuki musim kemarau seperti sebagian Nusa Tenggara, sebagian pulau Jawa, sebagian pulau Sumatera, sebagian Sulawesi Selatan, sebagian Maluku, serta Papua bagian timur dan selatan.

"Meskipun demikian, sekitar 76 persen wilayah Indonesia lainnya (530 ZOM) masih berada pada periode musim hujan," katanya.

Alasan tak kena heatwave

Guswanto, Deputi Bidang Meteorologi BMKG, mengatakan meski suhu di beberapa wilayah Indonesia itu cukup tinggi dan panas, namun hal tersebut tidak terkait dengan fenomena gelombang panas yang melanda sejumlah negara Asia.

Menurut Guswanto udara panas yang terjadi di Indonesia belakangan merupakan "fenomena yang bersiklus terjadi setiap tahun sebagai akibat dari adanya gerak semu matahari dan kondisi cuaca cerah pada siang hari."

Saat dihubungi CNNIndonesia.com beberapa waktu lalu, Guswanto juga mengungkap kalau kenaikan suhu di Indonesia merupakan fenomena cuaca panas terik bukan gelombang panas.Ia menjelaskan Indonesia tidak memenuhi syarat untuk mengalami gelombang panas.

"Itu kemungkinannya kecil [gelombang panas] di Indonesia, karena tidak memenuhi syarat," kata Guswanto.

Guswanto menyebut syarat yang harus dipenuhi untuk wilayah mengalami gelombang panas adalah suhu rata-rata naik 5 derajat Celsius dan terjadi selama lima hari berturut-turut.

"Gelombang panas itu suhu maksimal harian lebih tinggi dari suhu maksimal rata-rata hingga 5 derajat Celsius, dan paling tidak muncul lima hari secara berturut-turut," jelasnya.

(tim/dmi)


[Gambas:Video CNN]
LAINNYA DI DETIKNETWORK
LIVE REPORT
TERPOPULER