Satelit Buatan BRIN Siap Meluncur Akhir 2024, Cek Misinya

CNN Indonesia
Selasa, 07 Mei 2024 16:45 WIB
BRIN tengah merampungkan proyek konstelasi satelit nasional untuk dan berencana meluncurkannya akhir tahun 2024. Simak misinya.
BRIN tengah merampungkan proyek konstelasi satelit nasional untuk dan berencana meluncurkannya akhir tahun 2024. (Foto: Dok BRIN)
Jakarta, CNN Indonesia --

Badan Riset dan Inovasi Nasional (BRIN) tengah mengembangkan konstelasi satelit nasional dan berencana meluncurkannya akhir tahun 2024. Simak misinya.

Berbeda dengan satelit tunggal, konstelasi satelit terdiri dari dua atau lebih satelit serupa yang mengorbit secara berkelompok. Keuntungannya, satelit mendapat cakupan yang lebih luas.

Konstelasi satelit pertama yang dikembangkan adalah Nusantara Earth Observation (NEO) yang terdiri dari dua satelit resolusi sangat tinggi, empat satelit resolusi tinggi, serta dua satelit SAR (Synthetic Aperture Radar). Satelit seri pertama atau NEO-1 yang sedang dalam proses perampungan ini merupakan satelit resolusi tinggi.

ADVERTISEMENT

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

BRIN, dalam keterangan di laman resminya, menjelaskan NEO-1 adalah satelit generasi keempat atau dikenal dengan nama A4. Satelit ini diklaim lebih canggih karena spesifikasi muatanya lebih baik dari satelit-satelit generasi sebelumnya seperti LAPAN-A2 dan LAPAN-A3.

M. Arif Saifudin, Perekayasa Ahli Madya Pusat Riset Teknologi Satelit BRIN, mengatakan saat ini riset NEO-1 sudah memasuki fase akhir Assembly, Integration, and Test (AIT). Tim menargetkan riset ini dapat rampung tahun ini dan menyiapkan peluncuran satelit.

"Rencana peluncurannya antara akhir tahun 2024 atau awal 2025. Satelit diluncurkan pada ketinggian sekitar 500 kilometer dari permukaan Bumi dengan orbit Sun Synchronous," kata Arif, mengutip laman resmi BRIN, Senin (6/5).

Ia menjelaskan NEO-1 sudah melewati serangkaian pengujian, seperti level subsistem atau komponen meliputi pengujian fungsional, pengujian kinerja, serta sebagian dilakukan pengujian lingkungan. Serangkan uji coba tersebut bertujuan agar komponen memenuhi persyaratan untuk digunakan di satelit.

Setelah perakitan dan integrasi akhir selesai, kemudian tim akan melakukan pengujian level sistem yang meliputi pengujian fungsional, pengujian vibrasi dan pengujian Electromagnetic Compatibility (EMC).

"Satelit siap diluncurkan jika seluruh proses AIT dan pengujian akhir sudah selesai," jelasnya.

Misi NEO-1

Arif yang juga Chief Engineer NEO-1 ini mengatakan misi utama satelit ini adalah observasi Bumi menggunakan kamera optik line scanner dan kamera termal inframerah.

Untuk kamera optik, NEO-1 membawa kamera multispektral resolusi tinggi yang sebelumnya tidak ada di LAPAN-A3. Resolusinya 5 meter dengan lebar swath (sapuan) 33 kilimeter. Untuk kamera resolusi menengah mempunyai cakupan yang lebih lebar dibandingkan kamera resolusi menengah pada satelit LAPAN-A3, yaitu 16 meter dengan lebar swath 230 kilometer.

"Dengan kamera ini, citra NEO-1 diharapkan bisa mendukung bidang penginderaan jauh. Citranya bisa dimanfaatkan untuk aplikasi pertanian, kehutanan, kelautan, lingkungan, pemetaan, serta aplikasi lainnya yang menggunakan data citra satelit," jelas Arif.

Satelit ini juga membawa kamera inframerah milik Universitas Hokaido, Jepang. Data citranya dapat digunakan untuk pengamatan titik api (hotspot) kebakaran hutan, aktivitas vulkanik dari gunung berapi, pengukuran temperatur permukaan, serta riset terkait cuaca.

NEO-1 juga mengemban misi pemantauan maritim dengan membawa muatan Space Based Automatic Identification System (AIS) Receiver. Misi ini memungkinkan untuk mengamati lalu lintas maritim secara global, baik untuk pemantauan umum maupun khusus yang terkait dengan keamanan dan keselamatan transportasi laut.

"Muatan atau payload lainnya yang dibawa NEO-1 yaitu Magnetometer. Misinya melakukan pengukuran medan magnet Bumi dengan kemampuan penerima data yang lebih baik. Nantinya, data tersebut bisa digunakan periset untuk misi ilmiah seperti pemantauan gejala atau tanda awal kejadian gempa Bumi dengan cara melihat perubahan medan magnet sebelum terjadinya gempa. Data tersebut juga dapat diaplikasikan untuk aktivitas geomagnetik," ujarnya.

Misi lainnya yang diemban NEO-1 adalah telekomunikasi low-datarate dari perusahaan startup Indonesia, PT Netra.

(tim/dmi)


[Gambas:Video CNN]
LAINNYA DI DETIKNETWORK
LIVE REPORT
TERPOPULER