Apa Pentingnya World Water Forum 2024 di Bali?

CNN Indonesia
Jumat, 17 Mei 2024 11:56 WIB
Simak urgensi gelaran World Water Forum (WWF) ke-10 di Bali, terutama saat krisis iklim makin kentara.
World Water Forum ke-10 digelar di Bali di tengah kekhawatiran krisis air. (ANTARA FOTO/Aprillio Akbar)
Jakarta, CNN Indonesia --

World Water Forum (WWF) ke-10 akan diselenggarakan di Bali pada 18-25 Mei 2024. Apa yang membuat gelaran internasional ini penting?

Indonesia berkesempatan menjadi tuan rumah World Water Forum ke-10 setelah sebelumnya dilaksanakan di Senegal pada 2022. Salah satu isu penting yang akan dibawa dalam forum air terbesar di dunia ini adalah pengelolaan air yang adil dan merata.

Ketua Sekretariat Panitia Nasional Penyelenggara World Water Forum ke-10 sekaligus Sekretaris Jenderal Kementerian Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat (PUPR) Mohammad Zainal Fatah mengatakan WWF akan menjadi momentum bagi Indonesia untuk menunjukkan komitmen dalam upaya global mengatasi tantangan pengelolaan air.

ADVERTISEMENT

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

"Forum ini merupakan kesempatan bagi negara-negara untuk berbagi pengalaman, inovasi, serta solusi dalam pengelolaan dan pemeliharaan sumber daya air terutama dampak dari perubahan iklim yang semakin nyata," kata Zainal dalam sebuah keterangan pers, Jumat (10/5).

Forum yang mengangkat tema "Water for Shared Prosperity" atau "Air untuk Kesejahteraan Bersama" ini terdiri dari tiga proses utama yaitu proses politik, proses regional, dan proses tematik yang melibatkan seluruh pemangku kepentingan terkait.

"Setiap negara memiliki permasalahan dan fokus pengelolaan air masing-masing, sehingga pendekatan komprehensif secara regional perlu untuk dilakukan. Untuk proses politis, kebijakan pengelolaan air akan dibahas bertingkat mulai dari pelaksana hingga Kepala Negara," tutur Zainal.

Terpisah, Kepala Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG) Dwikorita Karnawati menyebut krisis air menjadi masalah serius dan nyata yang perlu mendapat perhatian seluruh negara di dunia.

Menurut dia, salah satu penyebab utama krisis air adalah peningkatan emisi gas rumah kaca yang berakibat pada laju kenaikan suhu udara.

Akibatnya, proses pemanasan global terus berlanjut dan berdampak pada fenomena perubahan iklim yang dapat memicu krisis air, pangan, dan bahkan energi.

"Meningkatnya frekuensi, intensitas dan durasi kejadian bencana hidrometeorologi juga jadi persoalan," katanya dalam Forum Merdeka Barat 9 (FMB) 'Kolaborasi Tangguh Atasi Tantangan Perubahan Iklim', di Jakarta, Senin (01/04).

Berdasarkan data Badan Meteorologi Dunia (WMO) yang dikumpulkan dari pengamatan di 193 negara, BMKG memproyeksikan akan terjadi hotspot air atau daerah kekeringan di berbagai negara dalam beberapa tahun mendatang.

"Artinya, akan banyak tempat yang mengalami kekeringan. (Hal ini bisa terjadi) baik di negara maju maupun berkembang. Baik Amerika, Afrika dan negara lainnya sama saja (terdampak)," tutur Dwikorita.

Berbanding terbalik, terdapat beberapa wilayah di dunia yang memiliki debit air sungai melampaui normal atau surplus dan menyebabkan kebanjiran.

Kondisi tersebut merupakan bukti bagaimana perubahan iklim sedang terjadi di seluruh negara dunia dan akan semakin buruk hasilnya jika tidak dilakukan upaya mitigasi bersama.

[Gambas:Video CNN]

(lom/arh)
LAINNYA DI DETIKNETWORK
LIVE REPORT
TERPOPULER