Pakar Jelaskan Penyebab Beda Idul Adha Arab Saudi dan RI

CNN Indonesia
Sabtu, 15 Jun 2024 07:21 WIB
Sejumlah pakar memberi penjelasan soal alasan beda penetapan tanggal Idul Adha 1445 H antara Arab Saudi dan Indonesia.
Ilustrasi. Simak penjelasan soal alasan beda penetapan tanggal Idul Adha 1445 H berdasarkan hilal. (AFP/VALERY HACHE)
Daftar Isi
Jakarta, CNN Indonesia --

Perbedaan penetapan awal bulan Zulhijah dan juga Idul Adha atau Iduladha 1445 Hijriah antara Arab Saudi dan Indonesia adalah terkait dengan kondisi geografis kedua negara.

Kerajaan Arab Saudi menetapkan awal Zulhijah jatuh pada Jumat (7/6), dan Iduladha jatuh Minggu (16/6).

Mahkamah Agung Kerajaan mengeluarkan pernyataan, Rabu (5/6), menyerukan warga untuk melihat Bulan pada malam 6 Juni (29 Zulkaidah 1445 H).

ADVERTISEMENT

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Penampakannya, menurut laporan Saudi Press Agency, bisa dilakukan dengan atau tanpa bantuan teropong. Mereka yang melihat bulan sabit pun diminta melapor ke pengadilan terdekat dan mendaftarkan kesaksiannya.

"Mahkamah Agung menyampaikan harapan bahwa mereka yang mampu melihat bulan sabit akan bergabung dengan komite yang dibentuk untuk tujuan tersebut di berbagai wilayah dan berpartisipasi dalam upaya yang bermanfaat bagi umat Islam," dikutip dari Al Arabiya.

Sementara, Pemerintah Indonesia menetapkan 1 Zulhijah jatuh pada Sabtu (8/6) dan Iduladha, yang merupakan 10 Zulhijah, jatuh pada Senin (17/6).

Kenapa bisa berbeda?

Beda kriteria

Pemerintah Indonesia dan Nahdlatul Ulama menentukan awal bulan hijriah berdasarkan pengamatan dengan kriteria MABIMS (kesepakatan Menteri-menteri Agama Brunei Darussalam, Indonesia, Malaysia, dan Singapura).

Standarnya adalah ketinggian hilal (bulan sabit tipis) minimal 3 derajat dan sudut elongasi (jarak sudut Matahari dan Bulan) 6,4 derajat.

Jika pengamatan pada 6 Juni belum mencapai kriteria itu, maka 7 Juni belum masuk bulan Zulhijah. Sebaliknya, jika pada 6 Juni hilal sudah memenuhi syarat di atas, maka keesokan harinya sudah 1 Zulhijah.

Sementara itu, Arab Saudi mendasarkan pada penampakan hilal tanpa kriteria khusus. Artinya, yang penting terlihat.

Thomas Djamaluddin, profesor bidang ilmu astronomi di Badan Riset dan Inovasi Nasional (BRIN), menuturkan pada magrib 6 Juni posisi hilal di Mekkah, Arab Saudi, sangat rendah. Tinggin"

"Tingginya kurang dari 1 derajat. Mestinya tidak mungkin terlihat, karena posisinya terlalu dekat Matahari dan cahaya syafak (senja) masih cukup kuat," urai dia, di aku Facebook-nya.

Di sisi lain, Thomas menyebut pada magrib 7 Juni 2024 posisi hilal cukup tinggi, dengan posisi Bulan sudah 8 derajat.

"Dari rukyat di Mekkah dan Jakarta, diprakirakan 1 Zulhijah 1445 8 Juni, wukuf 16 Juni, dan Idul Adha 17 Juni," ujarnya.

Beda zona waktu

Adib, Direktur Urusan Agama Islam dan Pembinaan Syariah Kementerian Agama, mengungkapkan perbedaan waktu Iduladha disebabkan letak Arab Saudi yang lebih barat dari Indonesia.

Alhasil, kemungkinan hilal terlihat lebih dahulu di sana.

"Waktu di Indonesia lebih cepat 4 jam, tetapi hilal justru mungkin terlihat lebih dahulu di Arab Saudi, karena terlihatnya di sebelah barat pada saat Matahari terbenam atau dikenal dengan istilah ghurub asy-syams," kata Adib, Jumat (1/7/2022).

Beda kondisi ufuk

Peneliti di Pusat Riset Antariksa BRIN Andi Pangerang pernah menyebut hilal di Arab Saudi akan mudah teramati karena kondisi atmosfernya berbeda dengan Indonesia.

"Terlebih kondisi ufuk di Saudi cenderung bebas dari awan dengan kelajuan uap air yang rendah," kata dia, pada 2022.

[Gambas:Video CNN]

(tim/arh)
LAINNYA DI DETIKNETWORK
LIVE REPORT
TERPOPULER