Fakta-fakta Bumi Memanas, Ini Daftar Wilayah Diprediksi Tak Layak Huni

CNN Indonesia
Rabu, 31 Jul 2024 08:01 WIB
Ilustrasi. Peneliti AS mengungkap kawasan-kawasan yang mungkin akan tak layak huni karena makin panas. (CNN Indonesia /Andry Novelino)
Jakarta, CNN Indonesia --

Tim peneliti dari Universitas Purdue, Indiana, Amerika Serikat, memproyeksikan miliaran orang akan terpapar pada ambang batas bahaya imbas pemanasan global. Sejumlah wilayah dapat giliran lebih awal.

Dipimpin Profesor Iklim Universitas Purdue, Matthew Huber, kelompok ini memerinci kawasan-kawasan di dunia yang tak layak huni imbas peningkatan suhu bumi.

Mengutip dari CNN pada Selasa (30/7), Huber menyatakan Afrika Barat dan beberapa wilayah di Asia Selatan adalah yang paling rentan karena suhu yang panas.

Apalagi wilayah-wilayah itu memiliki masalah populasi yang padat dan sedikit akses ke pendingin udara ruangan.

Dalam kesimpulan penelitiannya, Huber mengatakan negara-negara kaya akan mendapatkan hasil yang lebih baik namun tidak akan lolos tanpa dampak buruk gelombang panas.

Studi tersebut menemukan bahwa titik panas dengan suhu lembab yang ekstrim akan muncul di beberapa bagian Amerika Serikat, termasuk wilayah Midwest, seiring dengan meningkatnya pemanasan global

Infografis pemanasan global. (Foto: CNNIndonesia/Basith Subastian)

Suhu terpanas global

Sebelumnya, Copernicus Climate Change Service (C3S), lembaga pemantau iklim Uni Eropa, mencatat Minggu, 21 Juli 2024 sebagai hari terpanas yang pernah tercatat secara global. Lembaga itu mencatat suhu permukaan udara rata-rata global pada hari tersebut adalah 17,09 derajat Celsius.

Itu merupakan suhu terpanas dalam catatan mereka, yang dimulai sejak tahun 1940. Sebelumnya rekor terpanas yang dicatat lembaga itu adalah 17,09 derajat Celsius pada 6 Juli 2023.

Melansir Reuters pada 25 Juli, Direktur Copernicus, Carlo Buontempo mengatakan meski rekor kemarin hanya sedikit lebih tinggi dari catatan tahun lalu, "Yang luar biasa adalah perbedaan suhu dalam 13 bulan terakhir dibanding catatan sebelumnya.

Setiap bulan sejak Juni 2023 kini tercatat sebagai bulan terpanas di Bumi sejak pencatatan dimulai.

Beberapa ilmuwan berpendapat tahun 2024 dapat melampaui tahun 2023 sebagai tahun terpanas sejak pencatatan dimulai. Mereka menilai hal ini imbas perubahan iklim dan fenomena cuaca alami El Nino telah mendorong suhu yang lebih tinggi tahun ini.

Di luar kemampuan adaptasi

Huber mengatakan tubuh manusia bisa beradaptasi atau terbiasa dengan temperatur udara yang panas sampai batas tertentu. Namun, hal itu membutuhkan waktu, dan terkadang suhu yang panas itu terlalu ekstrem untuk dibawa beradaptasi.

Itulah yang kemudian menjadi perbincangan ketika konser Taylor Swift yang digelar outdoor di Brasil pada 27 Desember 2023 lalu berujung tragis karena ada penggemar yang tumbang dan tewas akibat gelombang panas.

Mengutip dari CNN Brasil, berdasarkan data forensik, Ana Clara Beneviddes Machado (23), meninggal karena kelelahan dan kepanasan saat ingin menonton konser Taylor Swift di kota Rio de Janeiro.

Laporan forensik menyatakan Machado tak mengonsumsi alkohol maupun narkoba, dan juga tak memiliki penyakit bawaan apapun.

Ia terpapar suhu tinggi yang ekstrem sehingga menyebabkan paparan panas menyebar, sebuah proses yang dapat memakan waktu delapan hingga 18 jam, menurut laporan tersebut. Akhirnya, dia meninggal karena serangan jantung dan pernafasan.

Atau, Philip Kreycik (31), pelari maraton di California, AS. Jasadnya ditemukan sekitar tiga pekan kemudian sejak dilaporkan hilang saat melakukan maraton 12 kilometer di Pleasanton Ridge Regional Park, California.

Hasil autopsi menunjukkan Kreycik tewas karena kondisi gawat darurat yang terkait dengan suhu udara panas.

Panas ekstrem di malam hari

Ahli juga mewanti-wanti kondisi panas ekstrem dan lembap yang terus berlangsung hingga malam hari. Hal ini akan membuat tubuh kehilangan waktu buat memulihkan diri.

"Dan kita dapat memperkirakan lebih banyak gelombang panas yang terjadi secara berturut-turut, menghantam wilayah dengan siklus panas brutal yang berturut-turut, kata asisten profesor ilmu sistem bumi di Universitas California Irvine, Jane Baldwin.

Dia menyatakan suhu panas di Bumi diperkirakan telah membunuh 489.000 orang setiap tahunnya. Menurut Organisasi Kesehatan Dunia (WHO), jumlah korban sebenarnya bisa lebih tinggi karena kematian akibat panas sangat sulit dilacak.

Kematian-kematian itu kemungkinan disebabkan serangan jantung atau stroke yang terkait atau dipicu gelombang panas terik.

(kid)
KOMENTAR

ARTIKEL TERKAIT
TOPIK TERKAIT
TERPOPULER
LAINNYA DARI DETIKNETWORK