Bisakah Gempa Megathrust Belah Pulau Jawa? Pakar ITB Respons

CNN Indonesia
Jumat, 16 Agu 2024 07:00 WIB
Ilustrasi. Muncul isu di media sosial bahwa megathrust bisa membelah Jawa. Simak faktanya. (iStockphoto/ElsvanderGun)
Jakarta, CNN Indonesia --

Isu mengenai gempa megathrust dapat membelah Pulau Jawa menyeruak di sejumlah media sosial. Benarkah demikian?

Pakar geologi dari Institut Teknologi Bandung (ITB) Heri Andreas menganggap isu terbelahnya Pulau Jawa akibat gempa megathrust "secara teori itu tidak mungkin."

"Terlalu mengada-ngada kalau ada di Twitter yang bilang Pulau Jawa kebelah dua, karena kalau nanti yang akan rupture atau patah itu di bagian megathrust-nya, di subduksi," kata Heri saat dihubungi CNNIndonesia.com, Kamis (15/8).

"Pulau Jawa itu yang akan merasakan getaran gempanya, ada gelombang seismik saja. Dan kalau gempa di megathrust kan memicu tsunami, jadi pulau Jawa kebagian tsunami dan getaran gempa," lanjut dia.

Megathrust adalah daerah pertemuan antar-lempeng tektonik Bumi yang berpotensi memicu gempa kuat dan tsunami dahsyat. Zona ini diprediksi bisa 'pecah' secara berulang dengan jeda hingga ratusan tahun.

Merujuk Peta Sumber dan Bahaya Gempa Indonesia tahun 2017, Indonesia dikepung 13 zona megathrust.

Dari jumlah tersebut, dua di antaranya berada di selatan Pulau Jawa, yakni Megathrust Jawa Timur dan Megathrust Jawa Tengah bagian barat dengan masing-masing memiliki potensi magnitudo 8,7.

Menurut Heri, gempa dari megathrust di selatan Pulau Jawa itu dapat memicu gentaran yang cukup besar, di antara 8-9 Magnitudo. Namun demikian, ia memastikan getaran tersebut tidak akan membelah Pulau jawa.

"Getaran gempanya karena magnitude-nya bisa 8, 9, akan cukup besar getarannya. [Tapi] tidak akan membelah [Pulau Jawa]," jelas dia.

Isu mengenai soal megathrust kembali menjadi sorotan usai Kepala Pusat Gempa Bumi dan Tsunami BMKG, Daryono, merilis pernyataan yang menyebut bahwa gempa di dua megathrust di Indonesia tinggal menunggu waktu.

Daryono memperingatkan dua megathrust di Indonesia, Megathrust Selat Sunda dan Megathrust Mentawai-Siberut, sudah lama tak melepaskan energinya. Dua

"Rilis gempa di kedua segmen megathrust ini boleh dikata 'tinggal menunggu waktu' karena kedua wilayah tersebut sudah ratusan tahun belum terjadi gempa besar," kata Daryono.

Belakangan, Daryono mengklarifikasi soal ancaman gempa dari zona megathrust. Menurutnya itu bukan berarti gempa mau terjadi dalam waktu dekat.

"Munculnya kembali pembahasan potensi gempa di zona megathrust saat ini bukanlah bentuk peringatan dini (warning) yang seolah-olah dalam waktu dekat akan segera terjadi gempa besar. Tidak demikian," kata Daryono dalam unggahannya di X.

"'Tinggal menunggu waktu' bukan berarti segera akan terjadi dalam waktu dekat," lanjut Daryono, mengklarifikasi kegaduhan tersebut, dalam unggahan di X.

Pasalnya, kata dia, belum ada teknologi yang bisa memprediksi gempa. Pihaknya cuma mewaspadai dua segmen megathrust di atas yang belum juga melepaskan gempanya.

(lom/dmi)
KOMENTAR

ARTIKEL TERKAIT
TOPIK TERKAIT
TERPOPULER
LAINNYA DARI DETIKNETWORK