Pakar Prediksi Korban Tewas Akibat Panas Bisa Naik 3 Kali Lipat

CNN Indonesia
Jumat, 23 Agu 2024 10:40 WIB
Sebuah studi terbaru mengungkap potensi kematian akibat cuaca panas bisa melonjak hingga tiga kali lipat jika nihil upaya pencegahan krisis iklim.
Warga ngadem saat gelombang panas melanda Madrid, Spanyol, Juli. Korban heatwave diprediksi makin banyak. (Foto: AFP/OSCAR DEL POZO)
Jakarta, CNN Indonesia --

Para peneliti, dalam sebuah studi terbaru, mengungkap potensi kematian akibat panas ekstrem bisa naik hingga tiga kali lipat jika tidak ada upaya mencegah krisis iklim semakin parah. Simak hasil penelitiannya.

Penelitian yang terbit di Lancet Public Health ini menemukan bahwa jumlah korban tewas akibat cuaca panas, bahkan suhu bisa terus meningkat imbas krisis iklim, bisa melonjak dengan bertambahnya usia orang-orang yang semakin tua dan semakin rentan terhadap tingkat suhu yang berbahaya.

Para peneliti menyimpulkan, jika suhu meningkat hingga 3-4 derajat Celcius, lonjakan kasus kematian akibat panas akan jauh lebih tinggi dari penurunan kematian akibat suhu dingin.

ADVERTISEMENT

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Mereka mengatakan bahwa kematian akibat panas di Eropa dapat meningkat tiga kali lipat pada akhir abad ini. Negara-negara Eropa selatan, seperti Italia, Yunani, dan Spanyol menjadi wilayah yang paling terancam.

Para peneliti mengatakan hasil penelitian ini menunjukkan perubahan iklim dapat menimbulkan "tantangan yang belum pernah terjadi sebelumnya" terhadap sistem kesehatan masyarakat, terutama selama gelombang panas.

"Lebih banyak lagi kematian akibat panas yang diperkirakan akan terjadi seiring dengan menghangatnya iklim dan bertambahnya populasi, sementara kematian akibat suhu dingin hanya sedikit menurun," kata David García-León dari Pusat Penelitian Bersama di Komisi Eropa, salah satu penulis studi tersebut, mengutip The Guardian, Kamis (22/8).

Menurut penelitian tersebut cuaca panas bisa membunuh 129 ribu orang per tahunnya jika suhu meningkat hingga 3 derajat Celsius di atas tingkat pra-industri. Saat ini, kematian akibat cuaca panas di Eropa mencapai 44.000 jiwa.

Namun, studi tersebut juga menemukan bahwa angka kematian tahunan akibat cuaca dingin dan panas di Eropa dapat meningkat dari 407.000 orang saat ini menjadi 450.000 orang pada tahun 2100, bahkan jika para pemimpin dunia memenuhi target pemanasan global sebesar 1,5 derajat Celsius.

Penelitian ini dilakukan setelah serangkaian gelombang panas yang 'membakar' di seluruh benua. Hasil penelitian ini mematahkan argumen para penyangkal iklim yang mengatakan bahwa pemanasan global baik untuk masyarakat karena lebih sedikit orang yang akan mati kedinginan.

Bahkan, menurut penelitian tersebut mengungkap, di Eropa, benua yang paling dingin, kematian akibat panas akan mengimbangi mereka yang terselamatkan oleh suhu dingin yang lebih ringan. Negara-negara di Asia, Afrika, Oseania, dan Amerika terpanggang dalam suhu yang lebih mematikan.

"Penelitian ini adalah peringatan keras akan jumlah nyawa yang terancam jika kita tidak bertindak cepat dalam menghadapi perubahan iklim," ujar Madeleine Thomson, kepala bidang dampak dan adaptasi iklim di lembaga amal penelitian kesehatan Wellcome, yang tidak terlibat dalam penelitian ini.

Ia menambahkan prediksi tiga kali lipat kematian akibat panas langsung di Eropa "bahkan bukan gambaran lengkapnya". Ia merujuk pada penelitian yang mengaitkan panas ekstrem dengan keguguran dan kesehatan mental yang lebih buruk.

"Dan kemudian ada dampak tidak langsung. Kita telah melihat bagaimana peristiwa panas ekstrem dapat menyebabkan gagal panen, kebakaran hutan, merusak infrastruktur penting dan memukul perekonomian - yang semuanya akan berdampak pada kehidupan kita," jelas dia.

Para peneliti memodelkan data dari 854 kota untuk memperkirakan kematian akibat suhu panas dan dingin di seluruh benua.

Mereka menemukan bahwa suhu panas akan membunuh lebih banyak orang di seluruh bagian Eropa, namun beban terberat akan menimpa negara-negara Eropa selatan seperti Spanyol, Italia, dan Yunani, serta beberapa bagian Prancis.

Mereka memproyeksikan jumlah kematian akibat suhu yang tidak nyaman akan meningkat 13,5 persen jika suhu bumi mencapai 3 derajat Celsius, yang akan menyebabkan 55.000 kematian tambahan. Sebagian besar dari mereka yang meninggal akan berusia di atas 85 tahun.

Gary Konstantinoudis, ahli epidemiologi dari MRC Centre for Environment and Health, yang tidak terlibat dalam penelitian ini, mengatakan prediksi kematian akibat suhu sangat kompleks dan akan selalu mengandung ketidakpastian.

Analisis ini didasarkan pada studi sebelumnya yang mengasumsikan bahwa pengaruh suhu terhadap tingkat kematian adalah konstan antara tahun 2000 dan 2019, ujarnya, namun studi lain melaporkan adanya penurunan karena beberapa faktor seperti peningkatan layanan kesehatan dan perubahan infrastruktur.

"Tidak memperhitungkan hal ini diperkirakan akan melebih-lebihkan dampak panas terhadap kematian di masa depan," katanya.

Studi ini juga mengekstrapolasi data kematian akibat panas dari kota ke daerah pedesaan, yang menghadapi lebih sedikit tekanan panas.

Elisa Gallo, ahli epidemiologi lingkungan di ISGlobal yang telah mempelajari kematian akibat panas di Eropa, dan tidak terlibat dalam penelitian ini, mengatakan bahwa "semakin penting" untuk beradaptasi dengan peningkatan panas.

Para peneliti mendorong pemerintah untuk mempertimbangkan kebijakan untuk mengurangi angka kematian, seperti berinvestasi di rumah sakit, membuat rencana aksi, dan mengisolasi bangunan.

Mereka menyoroti bahwa proyeksi peningkatan jumlah kematian didorong oleh perubahan struktur populasi dan iklim di Eropa.

"Jika kita ingin menghindari skenario terburuk, maka sangat penting untuk mengatasi akar masalahnya dengan mengatasi emisi gas rumah kaca," kata Gallo.

Para peneliti menyimpulkan bahwa upaya untuk beradaptasi harus difokuskan pada wilayah dengan tingkat pengangguran yang tinggi, kemiskinan, perubahan ekonomi struktural, emigrasi dan populasi yang menua.

Mereka mengatakan bahwa daerah-daerah tersebut kurang mampu beradaptasi terhadap kerusakan iklim dan juga terkena dampak yang lebih parah akibat meningkatnya kematian akibat panas.

[Gambas:Video CNN]

(tim/dmi)
LAINNYA DI DETIKNETWORK
LIVE REPORT
TERPOPULER