Misi DART Diprediksi Picu Hujan Meteor Pertama akibat Ulah Manusia

CNN Indonesia
Jumat, 30 Agu 2024 11:14 WIB
Studi terbaru ungkap misi DART yang sengaja bertabrakan dengan asteroid Dimorphos mungkin akan picu hujan meteor pertama akibat ulah manusia.
Ilustrasi. Studi terbaru ungkap misi DART yang sengaja bertabrakan dengan asteroid Dimorphos mungkin akan picu hujan meteor pertama akibat ulah manusia. (Ethan Miller/Getty Images/AFP)
Jakarta, CNN Indonesia --

Studi terbaru mengungkap jutaan pecahan batu angkasa kecil mungkin akan bertabrakan dengan Bumi dan Mars setelah NASA dengan sengaja menabrakkan wahana antariksanya ke asteroid yang jauh.

Pecahan batu angkasa itu, yang dapat mulai menghantam bumi dalam satu dekade, tidak menimbulkan risiko bagi kehidupan di Bumi - tetapi dapat memicu hujan meteor pertama yang disebabkan oleh manusia.

Pada 26 September 2022, wahana antariksa Double Asteroid Redirection Test (DART) NASA sengaja bertabrakan dengan asteroid Dimorphos, menghantam tepat di tengah batu angkasa itu dengan kecepatan sekitar 24.000 km/jam.

ADVERTISEMENT

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Tabrakan dahsyat itu, yang terjadi lebih dari 11 juta kilometer dari Bumi, merupakan ujian pertama kemampuan manusia untuk mengalihkan asteroid yang berpotensi berbahaya yang mengancam bumi.

Misi itu sukses besar. DART tidak hanya mengubah lintasan Dimorphos - memperpendek perjalanannya mengelilingi asteroid mitranya Didymos sekitar 30 menit - tetapi juga mengubah bentuk asteroid secara menyeluruh.

Hal ini menunjukkan bahwa jenis tindakan ini, yang dikenal sebagai metode penumbuk kinetik, merupakan opsi yang berpotensi layak untuk melindungi planet kita dari batuan luar angkasa yang berbahaya.

Foto-foto Dimorphos yang diambil setelah tabrakan menunjukkan bahwa tabrakan tersebut juga melontarkan gumpalan besar puing ke luar angkasa, termasuk puluhan bongkahan batu besar yang menurut para peneliti dapat menghantam Mars dalam beberapa dekade mendatang.

Tak satu pun dari pecahan yang lebih besar ini diperkirakan akan menghantam Bumi.

Namun dalam studi baru, yang diunggah pada 7 Agustus ke server pracetak arXiv dan telah diterima untuk dipublikasikan di The Planetary Science Journal, para peneliti mengalihkan perhatian mereka ke pecahan Dimorphos yang lebih kecil.

Melansir Live Science, para peneliti menggunakan superkomputer NASA untuk menganalisis data yang dikumpulkan oleh wahana antariksa Light Italian Cubesat for Imaging of Asteroids (LICIACube) milik Badan Antariksa Eropa, yang terbang bersama DART saat wahana antariksa itu menghantam Dimorphos.

Mereka kemudian mensimulasikan lintasan awal dan kecepatan 3 juta pecahan. Hal ini mengungkapkan bahwa banyak dari potongan asteroid tersebut kemungkinan akan mencapai Mars atau sistem Bumi-bulan.

Fragmen yang terlontar itu tidak berbahaya karena ukurannya yang sangat kecil, 30 mikrometer dan 10 sentimeter. Namun, kedatangannya di atmosfer Bumi dapat memicu pertunjukan cahaya baru di langit malam.

"Jika fragmen Dimorphos yang terlontar ini mencapai Bumi, mereka tidak akan menimbulkan risiko apa pun," kata penulis utama studi Eloy Peña-Asensio, seorang insinyur kedirgantaraan dan astrofisikawan di Institut Politeknik Milan di Italia, kepada Universe Today.

"Ukurannya yang kecil dan kecepatannya yang tinggi akan menyebabkan mereka hancur di atmosfer, menciptakan garis bercahaya yang indah di langit."

Namun, masih ada beberapa ketidakpastian tentang kapan pecahan-pecahan ini akan sampai kepada kita atau kapan mereka akan terlihat.

Pecahan terkecil, yang kemungkinan melaju dengan kecepatan hingga 5.400 km/jam, dapat mencapai bumi dalam waktu tujuh tahun tetapi kemungkinan akan terlalu kecil untuk menciptakan bintang jatuh di langit, tulis para peneliti dalam makalah tersebut.

Namun, pecahan yang lebih besar, yang dapat terlihat saat terbakar di atmosfer, bergerak empat kali lebih lambat dan mungkin tidak akan tiba selama lebih dari 30 tahun.

Jika dan ketika pecahan yang lebih besar ini tiba, mereka dapat menciptakan hujan meteor baru, yang oleh para peneliti telah dijuluki "Dimorphids."

[Gambas:Video CNN]

(pua/pua)
LAINNYA DI DETIKNETWORK
LIVE REPORT
TERPOPULER