Platform media sosial Bluesky mengalami lonjakan pengguna yang signifikan dalam beberapa bulan terakhir. Fenomena ini menyoroti tren migrasi besar-besaran dari X, sebelumnya dikenal sebagai Twitter.
Bluesky, yang didirikan sebagai proyek di dalam Twitter pada 2019, kini menjadi perusahaan independen yang dipimpin oleh CEO Jay Gaber. Pengguna Bluesky kini melonjak lebih dari 3 juta pengguna baru seminggu setelah X , meningkatkan total penggunanya menjadi lebih dari 16,7 juta.
Sejumlah faktor mendorong lonjakan pengguna Bluesky. Salah satunya adalah perubahan kebijakan di X, seperti langkah kontroversial yang memungkinkan pengguna melihat postingan dari akun yang telah memblokir mereka.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Dukungan Elon Musk terhadap Donald Trump dalam pilpres AS 2024 juga memicu reaksi dari pengguna yang merasa X semakin dipolitisasi.
Ruth Ben-Ghiat, seorang akademisi dari New York University, mengungkapkan bahwa ia mulai aktif di Bluesky karena khawatir X akan semakin menjadi alat propaganda sayap kanan.
Melansir BBC, ada pula yang menyebutkan alasan berbeda, seperti surat kabar Guardian yang memilih untuk berhenti mengunggah di sana karena menyebut X sebagai "platform media yang toxic".
Di sisi lain, tokoh seperti Alexandria Ocasio-Cortez, Ben Stiller, dan Lizzo telah secara terbuka mengumumkan keberadaan mereka di Bluesky, menarik lebih banyak pengguna untuk bergabung. Popularitas aplikasi ini juga tercermin di App Store, di mana Bluesky menjadi aplikasi gratis teratas di Inggris pada awal November.
"Ya TUHAN, senangnya berada di ruang digital bersama manusia nyata lainnya," tuli Ocasio-Cortez di Bluesky, melansir The Guardian, Rabu (13/11).
Platform ini menawarkan pengalaman media sosial yang menyerupai Twitter di masa jayanya, dengan desain antarmuka yang mirip, seperti fitur posting, komentar, dan suka.
Namun, keunggulan utama Bluesky adalah pendekatannya yang terdesentralisasi, memungkinkan pengguna mengelola data mereka di server pilihan mereka sendiri, meskipun mayoritas pengguna tetap menggunakan domain standar ".bsky.social".
Menurut Axel Bruns, peneliti media sosial dari Queensland University of Technology, Bluesky menyediakan lingkungan yang lebih ramah dan aman dibandingkan X.
"Ini telah menjadi tempat berlindung bagi orang-orang yang ingin merasakan pengalaman media sosial seperti yang dulu disediakan Twitter, tetapi tanpa semua aktivisme sayap kanan, misinformasi, ujaran kebencian, bot, dan hal-hal lainnya," katanya.
"Komunitas Twitter yang lebih liberal kini benar-benar telah meninggalkan X dan tampaknya pindah secara massal ke Bluesky," tambahnya.
Dalam hal monetisasi, Bluesky menjauh dari model iklan tradisional yang digunakan oleh Twitter. Sebaliknya, platform ini mempertimbangkan layanan berbayar, seperti opsi personalisasi domain untuk nama pengguna.
Langkah ini menandai upaya Bluesky untuk tetap independen dan tidak bergantung pada iklan.
(wnu/dmi)