Sejumlah astronom untuk pertama kalinya menyaksikan terciptanya sebuah sistem planet. Mereka berhasil mengidentifikasi momen itu tepat ketika planet mulai terbentuk di sebuah bintang yang berada di luar Matahari.
Temuan ini didapat dengan menggunakan teleskop ALMA, yang merupakan mitra European Southern Observatory (ESO), dan Teleskop Antariksa James Webb.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Dalam studi yang dipublikasikan di jurnal Nature pada 16 Juli lalu, para astronom mengungkap bahwa mereka berhasil mengamati pembentukan bintik-bintik pertama materi pembentuk planet, yaitu mineral panas yang baru saja mulai memadat.
"Untuk pertama kalinya, kami berhasil mengidentifikasi momen paling awal ketika pembentukan planet dimulai di sekitar bintang selain Matahari," kata Melissa McClure, profesor Universitas Leiden, yang juga penulis utama studi ini, melansir Science Daily, Minggu (20/7).
Sistem planet yang baru lahir ini muncul di sekitar bintang muda bernama HOPS-315, yang berada sekitar 1300 tahun cahaya dari Bumi. Para astronom melihat piringan gas dan debu atau dikenal sebagai 'piringan protoplanet' di sekitar HOPS-315, yang merupakan tempat lahirnya planet-planet baru.
Para astronom mendeteksi keberadaan mineral-mineral panas yang mulai mengembun di dalam piringan di sekeliling HOPS-315. Hasil penelitian mereka menunjukkan mineral-mineral yang mengandung silikon monoksida (SiO) itu ada di sekeliling bintang muda tersebut dalam bentuk gas dan juga di dalam mineral-mineral kristal.
"Proses ini belum pernah terlihat sebelumnya di piringan protoplanet - atau di manapun di luar Tata Surya," kata salah satu penulis penelitian, Edwin Bergin, profesor dari University of Michigan, Amerika Serikat.
Mineral-mineral ini pertama kali diidentifikasi dengan menggunakan Teleskop Antariksa James Webb. Kemudian, untuk mengetahui asal sinyal-sinyal tersebut berasal, tim peneliti mengamati sistem tersebut dengan ALMA (Atacama Large Millimeter/submillimeter Array), yang dioperasikan oleh ESO bersama mitra internasional di Gurun Atacama, Chile.
Dengan data ini, tim peneliti menentukan bahwa sinyal kimia tersebut berasal dari area kecil di piringan bintang yang setara dengan orbit sabuk asteroid yang mengelilingi Matahari.
"Kami benar-benar melihat mineral-mineral ini di lokasi yang sama di sistem ekstrasurya ini dengan yang kita lihat di asteroid-asteroid di Tata Surya," kata salah satu penulis penelitian, Logan Francis, seorang peneliti pascadoktoral di Universitas Leiden.
Astronom ESO dan Manajer Program ALMA Eropa, Elizabeth Humphreys, yang tidak ambil bagian dalam penelitian ini, mengatakan bahwa dirinya sangat terkesan dengan penemuan tersebut.
"Saya sangat terkesan dengan penelitian ini, yang mengungkap tahap awal pembentukan planet. Hasil penelitian ini menunjukkan kalau HOPS-315 bisa digunakan untuk memahami bagaimana Tata Surya terbentuk. Hasil ini menyoroti kekuatan gabungan JWST dan ALMA dalam mengeksplorasi piringan protoplanet," ujar Elizabeth.
(dmi/dmi)