Alasan Manusia Rp2.300 T Tak Sarankan Mahasiswa Kuliah IT

CNN Indonesia
Kamis, 24 Jul 2025 08:05 WIB
CEO Nvidia Jensen Huang tidak menyarankan mahasiswa untuk kuliah di jurusan teknologi informasi atau IT. Lantas, apa alasannya?
CEO Nvidia Jensen Huang (tengah) saat berbincang dengan Menteri BUMN Erick Thohir saat kunjungannya ke Indonesia tahun lalu. (Foto: CNN Indonesia/Loamy Noprizal)
Jakarta, CNN Indonesia --

CEO Nvidia Jensen Huang tidak menyarankan mahasiswa untuk kuliah di jurusan teknologi informasi atau IT. Lantas, apa alasannya?

Huang menjelaskan dirinya tak menyarankan mahasiswa kuliah teknologi informasi (IT) adalah dunia yang bergerak ke arah Physical AI. Oleh karena itu, ia lebih menyarankan orang-orang belajar ilmu fisika.

Huang mengambil dirinya sebagai contoh dan mengatakan jika ia masih muda dan baru lulus kuliah, ia tak akan memilih jurusan teknologi informasi atau software, melainkan ilmu fisika.

ADVERTISEMENT

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Pernyataan ini disampaikan Huang ketika mendapat pertanyaan dari seorang jurnalis. Ia ditanya jika saat ini berusia 22 tahun dan baru lulus, maka ia tidak akan fokus pada teknologi informasi.

"Untuk Jensen yang masih muda, berusia 20 tahun, yang sudah lulus sekarang, dia mungkin akan memilih ... lebih memilih ilmu fisika daripada ilmu perangkat lunak," ujar Huang, Kamis (17/7), melansir CNBC.

Huang adalah lulusan teknik elektro dari Oregon State University dan meraih gelar master dari Stanford University.

Pada 1993, ia mendirikan Nvidia bersama Chris Malachowsky dan Curtis Priem. Di bawah kepemimpinan Huang sebagai CEO, perusahaan pembuat chip ini kini telah menjadi perusahaan paling bernilai di dunia.

Nvidia juga menjadi perusahaan pertama di dunia yang mencapai kapitalisasi pasar sebesar US$4 triliun atau sekitar Rp64.884 triliun pada minggu lalu.

Melanjutkan penjelasannya, Huang mengatakan dunia telah melewati beberapa fase akal imitas (AI) selama 15 tahun terakhir. Namun, sekarang salah satu gelombang berikutnya dari teknologi kecerdasan buatan adalah 'Physical AI'.

"AI modern benar-benar mulai dikenal sekitar 12 hingga 14 tahun yang lalu, ketika AlexNet diluncurkan dan visi komputer mengalami terobosan besar," tutur Huang.

AlexNet merupakan model komputer yang diluncurkan pada 2012 dan memperkenalkan deep learning dalam pengenalan gambar dan menjadi pemicu ledakan AI modern. Gelombang pertama ini disebut 'Perception AI,

Kemudian, muncul gelombang kedua yang disebut 'AI Generatif'. Model AI ini telah belajar bagaimana memahami arti dari informasi dan juga menerjemahkannya ke dalam berbagai bahasa, gambar, kode, dan lainnya.

Menurut pria berharta US$148,1 miliar atau sekitar Rp2.399 triliun itu, dunia saat ini tengah berada dalam fase Reasoning AI.

"Kita sekarang berada di era yang disebut 'Reasoning AI', di mana AI kini dapat memahami, menghasilkan, [dan] memecahkan masalah dan mengenali kondisi yang belum pernah kita lihat sebelumnya," jelasnya.

Ia menjelaskan gelombang Reasoning AI berhasil melahirkan agentic AI, atau robot digital yang mampu bernalar dan bekerja layaknya tenaga kerja manusia digital.

Menurutnya, fase berikutnya dari teknologi AI adalah gelombang 'Physical AI' yang jauh lebih kompleks dan menarik.

"Gelombang berikutnya mengharuskan kita untuk memahami hal-hal seperti hukum fisika, gesekan, kelembaman, sebab dan akibat," tutur Huang.

Ia menjelaskan kemampuan penalaran fisik, seperti konsep keabadian objek, atau fakta bahwa objek tetap ada meskipun tidak terlihat, akan menjadi hal elemen penting dalam fase kecerdasan buatan berikutnya.

Aplikasi dari penalaran fisik termasuk memprediksi hasil, seperti ke mana bola akan menggelinding, memahami berapa banyak kekuatan yang dibutuhkan untuk mencengkeram sebuah objek tanpa merusaknya dan menyimpulkan keberadaan pejalan kaki di belakang mobil.

"Dan ketika Anda mengambil AI fisik tersebut dan kemudian memasukkannya ke dalam objek fisik yang disebut robot, Anda akan mendapatkan robotika," terangnya.

"Jadi mudah-mudahan, dalam 10 tahun ke depan, saat kami membangun pabrik dan pabrik generasi baru ini, mereka sangat robotik dan membantu kami mengatasi kekurangan tenaga kerja yang parah yang kami alami di seluruh dunia," tandasnya.

(lom/dmi)


[Gambas:Video CNN]
LAINNYA DI DETIKNETWORK
LIVE REPORT
TERPOPULER