Nvidia menyoroti perubahan fase pada teknologi kecerdasan buatan (AI) yang kini sudah memasuki fase physical AI. Apa itu?
"Saat ini fase-nya sudah di atas generatif AI, sekarang sudah ke physical AI. Physical AI itu sudah," ujar Andry Gunawan, Enterprise Business Country Manager Nvidia dalam acara Graduation Laskar AI 2025 Lintasarta, Jakarta, Kamis (14/8).
Andry menyebut fase pertama AI dimulai dengan perception AI. Jenis AI ini merupakan fondasi pembelajaran mesin (machine learning) modern, di mana sistem dilatih untuk menginterpretasikan dan menganalisis data.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Kemudian, fase kedua adalah generatif AI yang saat ini sangat menjamur. Jenis AI ini bisa menghasilkan konten, mulai dari visual hingga audio.
"Dari mulai perception AI, naik ke generatif AI, yang sekarang generatif AI itu kita bikin prompt sudah bisa bikin musik, bisa bikin movie, bisa bikin novel," jelas Andry.
Fase berikutnya adalah agentic AI di mana model AI bisa membantu mengeksekusi pekerjaan, mulai dari mengatur alur kerja hingga menyelesaikan masalah.
Terakhir adalah physical AI yang menjadi fase terakhir dari teknologi ini. Bos NVIDIA Jensen Huang mendeskripsikan physical AI sebagai sistem yang mampu memahami dan berinteraksi dengan dunia nyata.
Fase ini melibatkan pengembangan model AI yang memahami dinamika fisik, hubungan spasial, dan nuansa lingkungan. Hal tersebut memungkinkan mereka untuk beroperasi di lingkungan dunia nyata yang tidak terstruktur.
Dikutip dari Huggingface, physical AI dibangun di atas fondasi sistem agentic tetapi menggabungkan pemahaman tentang dunia fisik.
Maka dari itu, model ini memerlukan pemahaman geometri dan penalaran spasial, dinamika fisik, serta kesadaran temporal.
Pemahaman geometri dan penalaran spasial digunakan untuk memahami ruang tiga dimensi dan bagaimana objek berinteraksi di dalamnya.
Sementara itu, dinamika fisik digunakan untuk memahami konsep-konsep seperti gravitasi, gesekan, dan kelembaman yang mengatur pergerakan dan perilaku di dunia nyata.
Kemudian, kesadaran temporal merujuk pada kemampuan untuk memprediksi dan beradaptasi dengan perubahan dari waktu ke waktu, seperti perubahan kondisi cuaca atau lintasan objek.
Hal ini senada dari yang disampaikan CEO Nvidia Jensen Huang beberapa waktu lalu. Huang menjelaskan bahwa Physical AI adalah fase lanjutan dari kecerdasan buatan yang jauh lebih kompleks dan menarik.
"Gelombang berikutnya mengharuskan kita untuk memahami hal-hal seperti hukum fisika, gesekan, kelembaman, sebab dan akibat," ujar Huang pada Juli lalu, melansir CNBC.
Ia menjelaskan kemampuan penalaran fisik, seperti konsep keabadian objek, atau fakta bahwa objek tetap ada meskipun tidak terlihat, akan menjadi hal yang penting dalam fase kecerdasan buatan berikutnya.
Aplikasi dari penalaran fisik termasuk memprediksi hasil, seperti ke mana bola akan menggelinding, memahami berapa banyak kekuatan yang dibutuhkan untuk mencengkeram sebuah objek tanpa merusaknya dan menyimpulkan keberadaan pejalan kaki di belakang mobil.
"Dan ketika Anda mengambil AI fisik tersebut dan kemudian memasukkannya ke dalam objek fisik yang disebut robot, Anda akan mendapatkan robotika," jelas Huang.
"Jadi mudah-mudahan, dalam 10 tahun ke depan, saat kami membangun pabrik dan pabrik generasi baru ini, mereka sangat robotik dan membantu kami mengatasi kekurangan tenaga kerja yang parah yang kami alami di seluruh dunia," pungkasnya.
(lom/dmi)