Elon Musk mempertaruhkan masa depan SpaceX melalui uji coba roket raksasa paling kuat di dunia, Starship, pada Minggu (24/8) pukul 18.30 waktu setempat. Ini menjadi uji coba penerbangan ke-10 setelah alami kegagalan beruntun.
Mengutip AFP, misi kali ini bertujuan menguji tahapan atas Starship dalam serangkaian manuver selama penerbangan setengah keliling dunia sebelum dijatuhkan di Samudra Hindia.
Starship merupakan bagian penting dari visi Elon Musk untuk menjajaki planet Mars. NASA juga mengandalkan versi modifikasi dari sistem ini untuk misi Artemis, yang bertujuan mengembalikan astronaut Amerika ke Bulan.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Namun, seluruh uji terbang Starship sepanjang 2025 berakhir dengan kegagalan, yang meledak baik di udara maupun saat uji darat. Terakhir, insiden terjadi pada Juni saat meledak dalam pengujian static fire.
Analis ruang angkasa dari Analysys Mason, Dallas Kasaboski, menyebut ada tekanan besar dalam uji coba kali ini. Sebab, kegagalan sudah banyak terjadi. Uji coba SpaceX kali ini menentukan masa depan Elon Musk di industri antariksa.
"Sudah banyak pengujian dilakukan tapi belum menunjukkan keandalan. Keberhasilan belum melampaui kegagalan," ujarnya.
Kritik juga datang dari mantan insinyur dan komentator Will Lockett, yang menyebut desain Starship memiliki kelemahan mendasar. Menurutnya, upaya membuat roket lebih ringan justru membuatnya rentan terhadap kerusakan struktural.
Meski demikian, SpaceX tetap melanjutkan pengembangan Starship, dengan meningkatkan frekuensi peluncuran, membangun fasilitas baru di Florida, dan mengabaikan kritik dari kelompok lingkungan terkait dampak ekologis.
Starship diproyeksikan menjadi pengganti seluruh armada roket SpaceX di masa depan. Namun, tantangan teknis masih besar, termasuk menjadikan sistem ini dapat digunakan kembali dengan cepat dan murah, serta mampu mengisi ulang bahan bakar di orbit, kemampuan penting untuk misi luar angkasa jarak jauh.
(mik/ldy/mik)