Banjir Hoaks-Misinformasi di Tengah Demo, Ini 6 Cara Tangkalnya

CNN Indonesia
Selasa, 02 Sep 2025 10:30 WIB
Hoaks, misinformasi, hingga pesan-pesan bernada provokasi membanjiri media sosial di tengah aksi demonstrasi di sejumlah wilayah RI. Simak cara tangkal hoaks.
Ilustrasi. Hoaks, misinformasi, hingga pesan-pesan bernada provokasi membanjiri media sosial di tengah aksi demonstrasi di sejumlah wilayah RI. (Foto: iStockphoto)
Daftar Isi
Jakarta, CNN Indonesia --

Berita hoaks, misinformasi, hingga pesan-pesan bernada provokasi membanjiri media sosial di tengah aksi demonstrasi yang terjadi di sejumlah wilayah Indonesia. Simak cara menangkal berita hoaks.

Menteri Komunikasi dan Digital (Menkomdigi) Meutya Hafid menyebut pihaknya mendapat banyak laporan terkait konten misinformasi atau hoaks hingga unggahan bernada provokasi di ruang digital selama aksi demo memanas beberapa hari terakhir.

"Kementerian Komunikasi dan Digital (Kemkomdigi) menerima lonjakan laporan masyarakat terkait provokasi di ruang digital, termasuk ajakan penjarahan, penyerangan, dan penyebaran isu SARA," ujar Menkomdigi Meutya Hafid di akun Instagramnya, Senin (1/9).

ADVERTISEMENT

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

"Kami juga menemukan adanya informasi keliru yang disebarkan, baik secara sengaja maupun tidak sengaja, dengan kecepatan penyebaran yang sangat tinggi mirip banjir bandang yang menenggelamkan informasi yang benar, masukan, kritikan konstruktif, atau aktivitas produktif, seperti pembelajaran, UMKM, dan sebagainya," tambahnya.

Meutya menuding ada upaya terorganisir untuk membanjiri media sosial dengan unggahan provokatif.

"Indikasi awal menunjukkan adanya upaya terorganisir untuk memanfaatkan media sosial sebagai sarana provokasi," katanya.

Lantas bagaimana caranya menangkal berita-berita hoaks yang bertebaran di media sosial?

Melansir UNICEF, hoaks umumnya merujuk pada artikel berita atau judul berita yang sengaja dibuat untuk menyesatkan atau memanipulasi pembaca.

Artikel-artikel ini sering kali tampak seperti berita asli, tetapi sebenarnya merupakan versi yang sepenuhnya dibuat-buat atau dimanipulasi dari peristiwa nyata, yang dibuat dengan tujuan untuk menipu.

Berita palsu merupakan salah satu bentuk disinformasi: informasi palsu yang dibuat dengan tujuan untuk menyesatkan. Disinformasi tidak hanya mencakup berita palsu, tetapi juga jenis klaim lain, seperti yang disebarkan sebagai propaganda pemerintah, atau oleh akun media sosial atau merek untuk menjual produk atau layanan.

"Misinformasi, di sisi lain, adalah informasi palsu atau tidak akurat apa pun, baik disebarkan dengan sengaja maupun tidak. Orang sering menyebarkan misinformasi karena mereka benar-benar percaya itu benar dan tidak menyadari bahwa mereka sedang membagikan sesuatu yang salah," tulis UNICEF dalam laman resminya.

Mengutip dari berbagai sumber, berikut adalah cara untuk menangkal berita hoaks dan misinformasi di media sosial:

1. Periksa ulang judul provokatif

Judul berita kerap dipakai sebagai jendela untuk mengintip keseluruhan tulisan. Namun tak jarang hal itu dimanfaatkan para penyebar berita palsu dengan mendistorsi judul yang provokatif meski sama sekali tak relevan dengan isi berita.

Pembaca disarankan untuk mengecek sumber berita lain agar informasi yang diterima bukan hasil rekayasa.

2. Teliti alamat situs

Dewan Pers memiliki data lengkap semua institusi pers resmi di Indonesia. Data yang terhimpun itu bisa digunakan oleh pembaca sebagai referensi apakah sumber berita yang dibaca telah memenuhi kaidah jurnalistik sesuai aturan Dewan Pers.

Cukup mengetik nama situs berita di kolom data pers, pembaca dapat mengetahui status media yang mereka konsumsi berdasarkan standar Dewan Pers.

3. Bedakan fakta dengan opini

Di saat demo memanas ribuan opini muncul di media sosial. Oleh karena itu, pengguna media sosial disarankan tidak menelan mentah-mentah ucapan narasumber yang dikutip oleh situs berita atau yang muncul di media sosial.

Sering kali hal itu luput dari pembaca karena pembaca terlalu cepat mengambil kesimpulan. Semakin banyak fakta yang termuat di sebuah berita, makin banyak kredibel berita itu.

4. Cermati korelasi foto dan caption provokatif

Di era teknologi yang semakin maju dan kecerdasan buata (AI) yang makin berkembang, bukan hanya konten berupa teks yang dapat dimanipulasi, tapi juga konten-konten foto dan video. Para pembuat berita palsu kadang mengedit foto atau gambar untuk memprovokasi di media sosial.

Cara termudah menguji keabsahan informasi dari foto yang diterima, pembaca bisa membuka Google Images di aplikasi penjelajah lalu menyeret foto yang dimaksud ke kolom pencarian.

5. Menilai kritis kredibilitas sumber

Menurut UNICEF untuk informasi yang berasal dari media sosial, melacak informasi kembali ke sumber aslinya adalah cara yang baik untuk melawan disinformasi.

Jika informasi berasal dari sumber yang kurang terpercaya atau bertentangan dengan saran ahli, bersikaplah skeptis terhadap informasi yang disajikan, dan catat bahwa saluran tempat Anda menemukan informasi tersebut mungkin tidak terbaik.

6. Periksa tanggalnya

Umumnya berita hoaks yang berseliweran di media sosial mengambil berita lama, memposting ulang, atau mengubahnya dengan cara-cara tertentu agar terlihat relevan dengan seperti situasi terkini.

Menurut McAfee, perusahaan keamanan siber, Dalam beberapa tahun terakhir, kita melihat pembuat berita palsu menambahkan judul baru pada foto baru, hanya untuk membuatnya tampak seperti berita terkini.

(dmi/dmi)


[Gambas:Video CNN]
LAINNYA DI DETIKNETWORK
LIVE REPORT
TERPOPULER