Penyebab Bulan Menjadi Merah Saat Gerhana Bulan Total

CNN Indonesia
Kamis, 04 Sep 2025 19:02 WIB
Penyebab Bulan merah saat Gerhana Bulan Total karena atmosfer Bumi menyebarkan cahaya biru dari Matahari dan membiarka gelombang merah mencapai Bulan.
Penyebab Bulan merah saat Gerhana Bulan Total karena atmosfer Bumi menyebarkan cahaya biru dari Matahari dan membiarka gelombang merah mencapai Bulan. Ismael Adnan Yaqoob/Anadolu Agency via Getty Images)
Jakarta, CNN Indonesia --

Bulan akan menjadi merah saat Gerhana Bulan Total menghiasi langit Indonesia pada 7 September mendatang. Simak penyebab satelit alami Bumi ini menjadi berwarna merah saat fenomena tersebut.

Gerhana Bulan Total terjadi ketika Bulan purnama melintas sepenuhnya ke dalam bayangan Bumi, yang dikenal sebagai umbra. Alih-alih menghilang ke dalam kegelapan, Bulan berubah menjadi warna kemerahan yang mencolok, sebuah fenomena yang sering dijuluki "Blood Moon."

Selama peristiwa langit ini, para pengamat dapat melihat Bulan secara bertahap bergeser dari warna abu-abu terang ke warna merah tua, jingga dan bahkan warna tembaga. Untuk beberapa saat, seluruh permukaan Bulan bersinar dengan warna-warna ini sebelum perlahan-lahan memudar kembali ke tampilan normalnya saat keluar dari bayangan Bumi.

ADVERTISEMENT

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Mengapa Bulan menjadi merah selama Gerhana Bulan Total?

Dikutip dari Space, jawabannya terletak pada cara atmosfer Bumi membengkokkan dan menyaring cahaya Matahari, menyebarkan cahaya biru sambil membiarkan panjang gelombang merah dan oranye mencapai Bulan.

Gerhana Bulan sendiri terdiri dari tiga jenis, yang memengaruhi apakah Bulan berubah menjadi merah. Jenis pertama, gerhana penumbra, terjadi ketika Bulan purnama memasuki bayangan luar Bumi yang lebih kabur di ruang angkasa, yang disebut penumbra.

Selama gerhana yang sangat kecil ini, Bulan purnama kehilangan sebagian kecerahannya selama beberapa jam.

Jenis kedua adalah Gerhana Bulan Sebagian yang terjadi ketika Bulan purnama pertama kali memasuki penumbra, dengan sebagian permukaannya juga bergerak melalui umbra Bumi. Selama gerhana parsial ini, tepi bayangan Bumi terlihat bergerak melintasi sebagian permukaan Bulan, yang secara substansial menggelapkannya.

Area gelap tersebut berwarna merah seperti warna Bulan saat Gerhana Bulan Total. Namun, bagi mata manusia, hal ini sangat sulit disadari, karena bagian Bulan yang terang akan terlihat sangat besar.

Hanya pada saat Gerhana Bulan Total, permukaan bulan terlihat sangat jelas berwarna merah bagi mata manusia. Hal ini karena seluruh Bulan memasuki umbra.

Menurut National Weather Service, totalitas selama Gerhana Bulan Total berlangsung dari sekitar 30 menit hingga lebih dari satu jam. Hanya ketika Bulan purnama sepenuhnya memasuki umbra Bumi, permukaan Bulan akan berubah menjadi merah.

Hal ini dikarenakan umbra sepenuhnya menghalangi sinar Matahari langsung jatuh ke Bulan.

Bulan tidak menjadi benar-benar gelap dalam fenomena ini dikarenakan atmosfer Bumi membelokkan, menyaring dan membiaskan cahaya Matahari yang diproyeksikan ke Bulan.

Bulan berwarna merah selama fase totalitas Gerhana Bulan Total karena alasan yang sama, yaitu karena Matahari terbenam berwarna jingga.

Cahaya Matahari terdiri dari banyak warna, masing-masing dengan panjang gelombang yang berbeda. Cahaya yang mengarah ke ujung spektrum biru memiliki panjang gelombang yang pendek, sedangkan cahaya yang mengarah ke spektrum merah memiliki panjang gelombang yang paling panjang.

Dikarenakan cahaya biru memiliki panjang gelombang yang pendek, cahaya ini lebih mudah menabrak atom-atom di atmosfer Bumi dan tersebar. Itulah mengapa langit berwarna biru.

Saat Matahari terbenam, pengamat akan melihat sepanjang lengkungan Bumi, yang merupakan bagian terhangat dan paling tebal dari atmosfer Bumi, dengan konsentrasi atom yang tinggi. Dikarenakan cahaya merah memiliki panjang gelombang terpanjang, maka cahaya ini lebih mudah merambat melaluinya untuk mencapai mata pengamat.

Hal yang sama juga terjadi pada saat totalitas dalam Gerhana Bulan Total, karena satu-satunya cahaya Matahari yang mencapai Bulan disaring oleh bagian atmosfer Bumi yang paling tebal. Menurut NASA, fenomena ini seolah-olah semua Matahari terbit dan terbenam di dunia diproyeksikan ke Bulan. Efek ini dikenal sebagai hamburan Rayleigh.

Jadwal Gerhana Bulan

Gerhana Bulan Total akhir pekan ini bisa dinikmati dari seluruh wilayah Indonesia.

"Gerhana ini bisa dinikmati dengan mata telanjang dari seluruh wilayah Indonesia, tanpa peralatan khusus," tulis Observatorium Bosscha.

Namun, untuk pengalaman yang lebih baik, fenomena ini dapat dinikmati dengan bantuan teleskop

Anda hanya perlu memastikan lokasi pengamatan memiliki langit cerah dengan polusi cahaya yang minim. Setelah fenomena ini, Gerhana Bulan Total baru akan terjadi di Indonesia pada 2033 mendatang.

Fenomena Gerhana Bulan ini akan dimulai pada 7 September pukul 22.28 WIB dan berakhir pada 8 September pukul 03.55 WIb. Berikut rincian waktu fenomena ini:

- 22.28 WIB: Mulai penumbra
- 23.35 WIB: Mulai sebagian
- 01.11 WIB: Totalitas dimulai
- 02.33 WIB: Totalitas berakhir
- 03.39 WIB: Fase sebagian berakhir
- 03.55 WIB: Selesai penumbra

(lom/fea)


[Gambas:Video CNN]
LAINNYA DI DETIKNETWORK
LIVE REPORT
TERPOPULER