Pro Kontra Netizen Usai Charlie Kirk Influencer Trump Tewas Ditembak
Berbagai komentar dari netizen muncul di media sosial usai Charlie Kirk, influencer yang juga tokoh konservatif sekutu Presiden AS Donald Trump, tewas ditembak pada Rabu (10/9).
Kirk tewas ditembak di kampus Universitas Utah Valley saat ia sedang menjadi pembicara.
Beberapa saat suara tembakan terdengar, Kirk tersungkur di podium dan kepanikan terjadi di antara audiens.
Kejadian ini memicu reaksi yang beragam dari netizen. Beberapa menyatakan Kirk layak mendapatkannya, sementara yang lainnya mengecam dukungan terhadap pembunuhan tersebut.
Menurut pantauan CNNIndonesia.com pada Kamis (11/9) sore, unggahan di X yang memuat nama Charlie Kirk telah mencapai sekitar 8,2 juta unggahan.
Salah satu komentar datang dari netizen @sa****age yang mengatakan dirinya tidak memiliki empati terhadap Kirk, yang tidak percaya pada empati.
"Mengapa saya harus merasa empati terhadap Charlie Kirk jika dia sendiri tidak percaya pada empati," katanya di X, Kamis (11/9).
Komentar lain datang dari @N***e24 yang dengan satir menyebut Kirk tidak pantas mati ditembak, melainkan mati pelan-pelan.
"Charlie Kirk tidak pantas mati seperti itu. Dia pantas mendapat kematian yang lambat dan menyakitkan," tulisnya.
Di sisi lain, akun @PeterGordon_CBP mengecam dukungan terhadap pembunuhan yang disuarakan orang-orang. Menurutnya, mereka yang mendukung hal tersebut telah hilang rasa kemanusiaan.
"Siapa pun yang mendukung pembunuhan Charlie Kirk telah kehilangan rasa kemanusiaannya. Saya tidak ingin mereka berada di dekat saya. Saya berharap ada undang-undang yang melarang kejahatan. Namun, menghasut kekerasan adalah tindak pidana yang dapat dijerat hukum. Dan beberapa pemimpin Partai Demokrat dan pakar kiri telah melakukan hal itu dalam beberapa hari dan bulan terakhir," tulisnya.
Hal serupa dikatakan akun @bearkrayt yang menyebut para pendukung pembunuhan bisa segera melakukan unfollow pada akunnya.
"Jika Anda berpikir bahwa Charlie Kirk pantas mati, unfollow saya atau beri tahu saya agar saya bisa unfollow Anda. Saya tidak butuh orang seperti Anda di dekat saya," katanya.
Kirk merupakan aktivis politik sayap kanan dan co-founder organisasi yang menyebarkan paham konservatif di seluruh Amerika Serikat, Turning Point USA (TPUSA).
Misi organisasi nirlaba ini adalah mengorganisir mahasiswa untuk mempromosikan prinsip-prinsip tanggung jawab fiskal, pasar bebas, dan pemerintahan terbatas. TPUSA kini memiliki cabang di lebih dari 850 perguruan tinggi,
TPUSA memainkan peran kunci dalam pemilihan umum tahun lalu, demikian menurut BBC. Mereka berhasil mempengaruhi pemilih baru untuk memilih Trump dan membalikkan situasi di Arizona. Wilayah tersebut biasanya didominasi pendukung Demokrat.
CNN melaporkan Kirk begitu memahami denyut nadi gerakan konservatif muda dan basis pendukung Make America Great Again (MAGA).
Dia bahkan pernah menulis buku The MAGA Doctrine pada 2020, yang merujuk pada kampanye Trump di pemilihan umum AS sebelumnya.
Beberapa pandangan Kirk dianggap kontroversial. Ia menyebarkan pandangan anti-transgender dan skeptisisme terhadap pandemi Covid-19, menyebar klaim palsu bahwa hasil pemilu 2020 dicuri, dan menyoroti teori konspirasi soal mengganti orang kulit putih dengan kaum minoritas atau Great Replacement.
(lom/mik)