Awan Cumulonimbus Berpetir Hebohkan Garut, Ini Penjelasan BPBD

CNN Indonesia
Selasa, 23 Sep 2025 12:15 WIB
Gumpalan awan petir yang terlihat di wilayah Bandung Raya, Kabupaten Garut dan Kabupaten Bogor.
Awan Cumulonimbus terlihat di wilayah Bandung Raya, Kabupaten Garut dan Kabupaten Bogor. Istimewa
Jakarta, CNN Indonesia --

Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Jawa Barat menyebut gumpalan awan petir yang terlihat di wilayah Bandung Raya, Kabupaten Garut dan Kabupaten Bogor tidak berkaitan dengan erupsi gunung berapi, tetapi proses pembentukan awan Cumulonimbus (CB).

"Ada beberapa pihak yang mengaitkan dengan adanya aktivitas Gunung Tangkuban Parahu, Gunung Guntur dan Gunung Salak, bisa dipastikan informasi tersebut tidak benar," ujar BPBD Jabar di Instagram, Senin (22/9).

Pada Senin (22/9) sore, warga di sekitar Bandung Raya, Kabupaten Garut dan Kabupaten Bogor dibuat heboh oleh penampakan gumpalan awan vertikal tebal yang disertai kilatan cahaya terus menerus. Fenomena yang bertahan hingga malam hari ini direkam dan dibagikan oleh sejumlah warganet di media sosial.

ADVERTISEMENT

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

BPBD Jabar mengonfirmasi fenomena ini adalah proses pembentukan awan CB yang berpotensi menjadi badai petir, hujan deras, dan angin kencang.

"Perlu diinformasikan sesuai keterangan yang diperoleh dari forecaster BMKG, bahwa fenomena alam tersebut merupakan proses pembentukan awan Cumulonimbus (CB), yaitu awan vertikal yang tebal, padat, dan menjulang tinggi," tulisnya.

"Awan ini berpotensi menjadi badai petir, hujan deras, angin kencang," tambahnya.

Oleh karena itu, BPBD Jabar mengimbau masyarakat untuk tetap waspada terhadap potensi cuaca ekstrim, hindari ruang terbuka saat terjadi hujan, dan jangan berteduh di bawah pohon.

Sebagai informasi, awan Cumulonimbos adalah jenis awan yang dapat tumbuh dengan ketinggian puncaknya mencapai sekitar 15 kilometer.

Fenomena awan CB ini merupakan fenomena normal yang sering terjadi terutama pada saat musim hujan dan peralihan musim.

Muhammad Hakiki, Senior Forecaster Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG) menyebut pembentukan Awan CB melibatkan mekanisme yang kompleks, salah satunya adalah pergerakan vertikal serta kemungkinan proses pembentukan es.

"Perbedaan muatan listrik di dalam sistem pembentukan Awan Cumulonimbus pun dapat menyebabkan terjadinya kilatan petir," katanya pada 2024 lalu.

Ia mengimbau masyarakat untuk tetap waspada terkait potensi bencana hidrometeorologi yang mungkin terjadi pada saat memasuki musim hujan.

"Awan Cumulonimbus kerap kali diasosiasikan dengan terjadinya hujan intensitas sedang hingga lebat dan dapat disertai kilatan petir dan angin kencang, bahkan puting beliung dan hujan es," tuturnya.

"Namun, fenomena awan CB adalah sesuatu yang normal, warga tidak perlu takut dan khawatir namun tetap waspada," imbuhnya.

(lom/mik)


[Gambas:Video CNN]
REKOMENDASI
UNTUKMU LIHAT SEMUA
LAINNYA DI DETIKNETWORK
LIVE REPORT
TERPOPULER