Ilmuwan China Ungkap Bulan Ternyata 'Bermuka Dua', Ini Penjelasannya
Ilmuwan China dan Inggris baru-baru ini mengungkap sisi jauh Bulan ternyata jauh lebih dingin dibanding sisi yang menghadap ke Bumi. Perbedaan suhu ini diungkap dari analisis sampel batuan yang dikumpulkan misi Chang'e-6 milik China, misi pertama yang berhasil membawa pulang material dari sisi jauh Bulan.
Penelitian yang dipublikasikan di jurnal ilmiah Nature Geoscience pada 30 September 2024 ini menyebut bahwa batuan dari sisi jauh terbentuk pada suhu lava sekitar 100 derajat Celsius lebih rendah dibanding batuan dari sisi dekat.
"Perbedaan mencolok antara sisi dekat dan jauh Bulan dalam topografi, aktivitas vulkanik, dan struktur kerak memberikan wawasan penting mengenai pembentukan dan evolusi Bulan," tulis tim peneliti yang dipimpin ilmuwan dari University College London (UCL), Peking University, dan China National Nuclear Corporation, melansir South China Morning Post, Sabtu (4/10).
Selama puluhan tahun, ilmuwan menduga perbedaan panas antara dua sisi Bulan. Namun, karena keterbatasan sampel dari sisi jauh, hipotesis ini belum pernah bisa dibuktikan secara langsung, hingga kini.
"Sisi dekat dan jauh Bulan sangat berbeda, baik di permukaan maupun kemungkinan besar di bagian dalamnya," kata Li Yang, profesor dari UCL dan Peking University, dalam siaran pers.
"Ini adalah salah satu misteri terbesar Bulan. Kami menyebutnya Bulan bermuka dua (two-faced moon)," lanjut dia.
Ia menambahkan perbedaan suhu yang dramatis antara sisi dekat dan jauh sudah lama menjadi dugaan, tetapi studi terbaru ini memberikan bukti pertama menggunakan sampel nyata.
Lihat Juga : |
Sisi jauh Bulan terkenal memiliki lebih banyak gunung dan kawah, serta lebih sedikit dataran gelap yang disebut basalt, yaitu batuan hasil aktivitas vulkanik. Peneliti menemukan bahwa elemen penghasil panas seperti uranium, thorium, dan kalium, yang sering muncul bersama unsur langka lainnya dalam material yang disebut KREEP, jauh lebih sedikit di sisi jauh Bulan.
"Temuan kami menunjukkan bahwa mantel Bulan di sisi jauh memiliki suhu lebih rendah dibanding sisi dekat, sesuai dengan perbedaan ketebalan kerak dan distribusi elemen penghasil panas," tulis para peneliti.
Mereka juga menyebut bahwa perbedaan ini kemungkinan disebabkan oleh ketidakseimbangan distribusi KREEP, yang selama ini telah terdeteksi melalui pengamatan satelit di sisi dekat Bulan.
Menariknya, sejak sampel Chang'e-6 dikembalikan ke Bumi pada Juni 2024, ilmuwan juga menemukan bukti bahwa tumbukan asteroid raksasa lebih dari 4 miliar tahun lalu mungkin telah memengaruhi struktur bagian dalam Bulan, khususnya di sisi jauh.
Sampel seberat 300 gram yang dikumpulkan dari tepi selatan Kawah Apollo, di wilayah cekungan kutub selatan Aitken, salah satu kawah terbesar di Bulan, juga menunjukkan usia batuan sekitar 2,8 miliar tahun, memperkuat temuan dari misi sebelumnya seperti Apollo dan Chang'e-5.
Meski sudah banyak mengungkap, ilmuwan mengakui bahwa asal-usul pasti dari perbedaan suhu antara dua sisi Bulan belum terpecahkan. Mereka menyatakan bahwa evolusi termal Bulan berlangsung berbeda pada kedua sisinya selama sebagian besar sejarah Bulan.
Penemuan ini dianggap sebagai lompatan besar dalam studi tentang geologi Bulan dan evolusi benda langit di tata surya.
(dmi/dmi)