Prakiraan La Nina Tiba di RI Akhir Tahun, Curah Hujan Diprediksi Naik

CNN Indonesia
Sabtu, 11 Okt 2025 10:20 WIB
BMKG memprakirakan fenomena iklim La Nina akan mulai berkembang di Indonesia pada akhir 2025, menyebabkan intensitas hujan berpotensi meningkat.
Ilustrasi. BMKG memprakirakan fenomena iklim La Nina akan mulai berkembang di Indonesia pada akhir 2025, menyebabkan intensitas hujan berpotensi meningkat. (Foto: CNN Indonesia/Adhi Wicaksono)
Jakarta, CNN Indonesia --

Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG) memprakirakan fenomena iklim La Nina akan mulai berkembang di Indonesia pada akhir 2025, menyebabkan musim hujan datang lebih cepat dan berlangsung lebih lama dari biasanya.

Dalam laporan bertajuk Prediksi Musim Hujan 2025/2026 di Indonesia, BMKG menyebut sebagian model iklim global mengindikasikan kemungkinan La Nina lemah akan terjadi menjelang akhir tahun 2025, meskipun mayoritas model masih memperkirakan kondisi ENSO Netral sepanjang tahun.

ADVERTISEMENT

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

"BMKG memprediksi La Nina lemah akan mulai muncul pada akhir tahun 2025, berdasarkan sebagian kecil model iklim global," kata Guswanto, Deputi Bidang Meteorologi BMKG, saat dihubungi CNNIndonesia.com, Selasa (7/10).

La Nina merupakan fenomena pendinginan suhu muka laut di Samudra Pasifik bagian tengah dan timur ekuator. Kondisi ini biasanya menyebabkan peningkatan curah hujan di wilayah Indonesia, serta bisa memicu bencana hidrometeorologi seperti banjir dan tanah longsor.

BMKG juga mencatat bahwa Indian Ocean Dipole (IOD) saat ini berada pada fase negatif, dan diperkirakan bertahan hingga November 2025. Kondisi ini turut memperkuat potensi curah hujan lebih tinggi di wilayah Indonesia bagian barat dan tengah.

Akibat La Nina, BMKG memperkirakan musim hujan 2025/2026 akan datang lebih awal dari biasanya di sebagian besar wilayah Indonesia. Sekitar 47,6 persen wilayah atau 333 zona musim (ZOM) diprediksi mulai mengalami hujan pada periode September hingga November 2025.

Wilayah-wilayah seperti sebagian Sumatera dan Kalimantan bahkan diperkirakan telah masuk musim hujan sebelum bulan September. Musim hujan akan terus meluas ke wilayah selatan dan timur Indonesia secara bertahap.

Sebanyak 294 ZOM atau 42,1 persen wilayah mengalami kemajuan awal musim hujan dibandingkan rata-rata klimatologisnya.

"Puncak musim hujan 2025/2026 diprediksi banyak terjadi pada bulan November hingga Desember 2025 di Indonesia bagian barat, dan Januari hingga Februari 2026 di bagian selatan dan timur," jelas BMKG.

Durasi musim hujan kali ini juga diprediksi akan lebih panjang dari biasanya, meskipun secara umum curah hujannya masih berada pada kategori normal, tidak lebih basah atau lebih kering dibandingkan rata-rata tahun-tahun sebelumnya.

Melansir AFP, Layanan Cuaca Nasional Amerika Serikat (NWS) juga mengumumkan bahwa fenomena La Nina telah kembali sejak September 2025, ditandai dengan suhu permukaan laut di Samudra Pasifik yang berada di bawah rata-rata.

Kendati demikian, fenomena La Nina yang diprediksi saat ini bersifat lemah dan berpeluang kembali netral pada awal tahun depan. NWS memperkirakan ada 55 persen kemungkinan La Nina kembali ke fase netral pada periode Januari-Maret 2026.

La Nina yang lemah cenderung memiliki dampak terbatas terhadap cuaca ekstrem global, termasuk musim dingin di belahan Bumi utara atau aktivitas badai tropis di Atlantik. Namun, sejarah menunjukkan La Nina bisa memperburuk kekeringan di beberapa wilayah, sekaligus menyebabkan banjir di tempat lain.

Sebagai catatan, La Nina panjang terakhir terjadi pada 2020-2023, yang dikenal sebagai "triple-dip La Nina", pertama dalam abad ke-21. Meski biasanya mendinginkan suhu global, La Nina saat itu tak mampu menghentikan tren pemanasan. Bahkan, 2024 tercatat sebagai tahun terpanas dalam sejarah, menurut data global.

(dmi/dmi)


[Gambas:Video CNN]
LAINNYA DI DETIKNETWORK
LIVE REPORT
TERPOPULER