Usai 'Terpanggang', Hujan Berpotensi Guyur Jabodetabek Malam Ini

CNN Indonesia
Selasa, 14 Okt 2025 14:06 WIB
BMKG memprediksi hujan dengan intensitas ringan hingga sedang berpotensi mengguyur wilayah Jabodetabek pada Selasa (14/10) sore menjelang malam hari.
BMKG memprediksi hujan dengan intensitas ringan hingga sedang berpotensi mengguyur wilayah Jabodetabek pada Selasa (14/10) sore menjelang malam hari. (Foto: CNN Indonesia/Safir Makki)
Jakarta, CNN Indonesia --

Cuaca panas ekstrem melanda sejumlah wilayah, termasuk Jakarta, Bogor, Depok, Tangerang, dan Bekasi (Jabodetabek) dalam beberapa waktu terakhir. Namun begitu, kondisi ini diprediksi bakal usai pada Selasa (14/10) sore hingga menjelang malam, karena ada potensi hujan.

Menurut Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG), cuaca panas ekstrem diprediksi akan mereda pada akhir Oktober hingga awal November 2025, seiring dengan masuknya musim hujan dan meningkatnya tutupan awan.

ADVERTISEMENT

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

"Bahkan, mulai 14-15 Oktober 2025, wilayah Jabodetabek sudah diperkirakan akan mulai diguyur hujan ringan hingga sedang, terutama pada sore hingga malam hari," kata Guswanto, Deputi Bidang Meteorologi BMKG, saat dihubungi CNNIndonesia.com, Selasa (14/10).

Ia menjelaskan fenomena ini merupakan bagian dari masa transisi atau pancaroba, ketika pagi hingga siang hari masih terasa panas karena pemanasan Matahari yang kuat, namun sore harinya bisa muncul hujan akibat pertumbuhan awan konvektif seperti Cumulonimbus.

Guswanto mengatakan penyebab cuaca terasa panas di beberapa wilayah Indonesia, yakni akibat pergeseran Matahari ke sisi selatan Tanah Air.

"Saat ini kenapa terlihat sangat panas? Karena di sisi selatan, Matahari sekarang itu udah bergeser, di posisi di selatan wilayah Indonesia," ujarnya.

Guswanto mengatakan pergeseran Matahari mengakibatkan pertumbuhan awan hujan di wilayah selatan mulai jarang. Menurutnya, hal tersebut menyebabkan cuaca belakangan terasa panas.

"Dan ini juga menyebabkan pertumbuhan awan hujan itu juga sudah jarang di wilayah selatan. Sehingga inilah yang terasa panas, tidak ada awan yang menutup sinar Matahari langsung," tuturnya.

Pergeseran Matahari ke selatan merupakan fenomena normal. Fenomena ini terjadi akibat gerak semu tahunan Matahari, yang disebabkan oleh revolusi Bumi mengelilingi Matahari dengan sumbu rotasi yang miring.

Fenomena ini menyebabkan posisi Matahari tampak bergeser dari utara ke selatan dan sebaliknya, dengan pergeseran ke selatan terjadi sekitar bulan September hingga Desember. Akibat fenomena ini, wilayah Indonesia, terutama bagian selatan, mengalami peningkatan radiasi Matahari dan minimnya pertumbuhan awan hujan, yang membuat cuaca terasa lebih panas.

(dmi/dmi)


[Gambas:Video CNN]
LAINNYA DI DETIKNETWORK
LIVE REPORT
TERPOPULER