Tak Cuma Lembang, Sesar Ini Juga Jadi Ancaman Gempa di Bandung

CNN Indonesia
Rabu, 12 Nov 2025 07:00 WIB
Ilustrasi, Badan Riset dan Inovasi Nasional (BRIN) mengungkap ada satu sesar lagi yang dapat memicu gempa besar di Bandung Raya selain Sesar Lembang. Simak penjelasannya. (Foto: iStockphoto/Armastas)
Jakarta, CNN Indonesia --

Badan Riset dan Inovasi Nasional (BRIN) mengungkap ada satu sesar lagi yang dapat memicu gempa besar di Bandung Raya selain Sesar Lembang. Simak penjelasannya.

Menurut Perekayasa Ahli Utama dari Pusat Riset Kebencanaan Geologi BRIN Putri Natari Ratna mengatakan sesar itu adalah Sesar Cimandiri, sebuah sistem sesar aktif yang berpotensi memengaruhi kegempaan di wilayah tersebut.

Dalam penelitian bertajuk "Geological and geomorphological insights into the Cimandiri Fault system: Fieldwork and preliminary findings in West Java, Indonesia", ia menjelaskan bahwa Sesar Cimandiri merupakan salah satu sesar aktif di Jawa Barat yang membentang sekitar 100 Km, mulai dari Pelabuhan Ratu hingga Padalarang.

"Penelitian tentang Sesar Cimandiri sebenarnya sudah banyak dilakukan, namun hasilnya belum cukup konklusif. Karena itu, BRIN melakukan penelitian yang lebih komprehensif untuk memahami karakteristik dan pergerakan Sesar Cimandiri," ujar Putri, melansir laman BRIN, Kamis (30/10).

BRIN melakukan riset menggunakan pendekatan geologi, geofisika, dan geodesi. Metode geodesi menggunakan teknologi GPS untuk mengukur besar, laju, dan arah deformasi di sekitar sesar.

"Kami melakukan GPS Campaign di 24 titik di sekitar Sesar Cimandiri dengan pengambilan data selama 36 jam setiap tahun." Putri mengatakan bahwa penelitian ini akan berlangsung selama lima tahun hingga semua data diolah dan dianalisis secara menyeluruh.

Pendekatan geofisika juga digunakan untuk menelusuri sejarah kegempaan di wilayah ini, berdasarkan catatan pernah mengalami gempa magnitudo di atas 5 pada tahun 1982 dan 2000 menunjukkan aktivitas tektonik yang signifikan.

Memanfaatkan berbagai teknologi pemetaan canggih seperti LiDAR, drone survei, dan SLAM LiDAR. Menurut Putri, teknologi ini memungkinkan pemetaan geospasial yang sangat akurat.

"SLAM LiDAR bekerja seperti LiDAR konvensional, tetapi menggunakan laser 3D portabel sehingga dapat memetakan daerah singkapan secara detail dalam bentuk model tiga dimensi," ungkap putri.

Menurutnya penelitian ini sangat penting dalam upaya mitigasi gempa di wilayah Jabar. Sesar Cimandiri bisa memicu gempa bumi, tsunami lokal, apabila jalur yang mengarah ke laut, menyebabkan longsoran bawah laut.

"Melalui penelitian ini, kita dapat memahami potensi dan karakteristik sesar, serta memperbarui peta sumber gempa di wilayah Jawa Barat," jelas Putri.

Penelitian ini juga membantu pemerintah daerah dalam perencanaan tata ruang dan pembangunan infrastruktur yang lebih aman.

"Dengan mengetahui potensi gempa dan pola pergerakan sesar, hasil penelitian ini dapat digunakan untuk mendukung perencanaan infrastruktur, sekaligus menjadi dasar sosialisasi kepada masyarakat tentang langkah-langkah yang perlu dilakukan saat terjadi gempa," lanjutnya.

Sesar tua

Berdasarkan penelitian Teknik Geologi Universitas Padjadjaran pada 2017, sesar Cimandiri merupakan sesar tua yang terbentuk selama berlangsungnya orogenesa tahap II, yaitu pada waktu Akhir Eosen Tengah.

"Sesar ini terus aktif hingga menyebabkan terbentuknya tinggian purba (paleo hight) antara Lembah Ciletuh dan Lembah Cimandiri," kata Iyan Haryanto salah satu penulis jurnal.

Ia menjelaskan sesar Cimandiri terdiri atas dua sesar regional, yang pertama sebagai sesar naik yang dicirikan oleh deformasi lipatan batuan yang umumnya tegak, dan sebagai sesar normal yang dicirikan dengan terbentuknya gawir sesar dengan kemiringan di atas 50 derajat bahkan di beberapa lokasi mendekati vertikal.

Di samping itu dalam jurnal Universitas Gadjah Mada yang ditulis oleh Muhammad Adis S W pada 2018, sesar Cimandiri merupakan sesar aktif di Jawa Barat dengan arah orientasi timur laut barat daya.

Muhammad menjelaskan sesar ini telah menyebabkan beberapa gempa bumi seperti Gempa Pelabuhan Ratu (1900), Gempa Padalarang (1910), Gempa Conggeang (1948), Gempa Tanjungsari (1972), Gempa Cibadak (1973), Gempa Gandasoli (1982) dan Gempa Sukabumi (2001).

"Meskipun telah terjadi banyak gempa di sekitar Sesar Cimandiri ini tetapi karakteristik dari sesar ini masih menjadi perdebatan ahli kebumian," kata dia dalam jurnal.

Ia menjelaskan sesar Cimandiri dapat dibagi menjadi beberapa segmen mulai dari Pelabuhan Ratu sampai Padalarang.

Ia menjelaskan segmen-segmen sesar Cimandiri tersebut adalah segmen sesar Cimandiri Pelabuhan Ratu-Citarik, Citarik­ Cadasmalang, Ciceureum-Cirampo, Cirampo-Pangleseran, Pangleseran-Cibeber, dan beberapa segmen Cibeber sampai Padalarang serta segmen Padalarang­ Tangkuban Perahu.

"Yang dapat diamati sebagai lembah sungai yang berarah hampir timur-barat dan membelok ke arah timur laut mulai dari Cibeber ke arah timur," ujarnya.

Fakta-fakta Megathrust, Teror dari Lautan RI (Foto: Basith Subastian/CNNIndonesia)

(dmi/dmi)


KOMENTAR

ARTIKEL TERKAIT
TOPIK TERKAIT
TERPOPULER
LAINNYA DARI DETIKNETWORK