Kepala Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG) Teuku Faisal Fathani, mewanti-wanti bahwa Jakarta tidak aman dari ancaman gempa besar. Simak peringatannya.
Pernyataan ini disampaikan Faislah dalam pembukaan Sekolah Lapang Gempa Bumi dan Tsunami (SLG) Nasional 2025 yang diikuti lebih dari 1.000 peserta dari berbagai daerah.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Menurut dia Jakarta tidak menjadi wilayah yang bebas dari gempa bumi. Dalam catatan sejarah, wilayah ini pernah beberapa kali mengalami kerusakan akibat gempa.
"Jakarta bukan wilayah aman dari gempa besar. Catatan sejarah menunjukkan kerusakan akibat gempa pada tahun 1668, 1780, 1834, hingga 1903. Ini harus menjadi alarm bagi semua pihak," ungkap Faisal, Selasa (18/11).
BMKG menekankan risiko kegempaan Jakarta tidak boleh diabaikan, mengingat kawasan ini berada dekat sejumlah sumber gempa aktif dan rentan guncangan kuat akibat kondisi tanah yang tersusun sedimen lunak.
Dalam kesempatan ini juga BMKG mengingatkan bahwa kesiapsiagaan harus menjadi budaya, bukan sekadar reaksi setelah bencana terjadi
BMKG juga mendorong pemerintah daerah, institusi pendidikan, media, dan masyarakat untuk memperkuat upaya mitigasi tanpa menunda-nunda
"Keselamatan hanya dapat dicapai jika semua pihak membangun kesiapsiagaan sejak sekarang," ujar Kepala BMKG.
Merujuk data dikeluarkan BMKG, yang dibagikan Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) DKI Jakarta, ada ancaman zona megathrust yang mengapit Jakarta.
Terbagi menjadi tiga ancaman, Megathrust Jawa Barat, Megathrust Selat Sunda, dan sesar aktif di daratan (Sesar Baribis, Sesar Lembang, dan Sesar Cimandiri).
Memiliki panjang 320 km dan lebar 200 km. Bagian megathrust ini pernah melepaskan kekuatan besar M 81, pada tahun 1903, dan M 7,8 pada tahun 2006.
Memiliki lebar 200 km dan panjang 280 km, dengan pergeseran 4 cm per tahun. Menurut Badan Geologi Dunia (BMKG), gempa bumi paling besar di Selat Sunda terjadi pada tahun 1757, dengan rentang waktu 267 tahun.
Pertama sesar Baribis adalah sesar utama di utara Jawa Barat. Hasil penafsiran foto udara dan gambar darat menunjukkan bahwa di bagian utara ada kelurusan regional yang mengarah ke barat laut tenggara. Kelurusan ini kemudian bergerak ke arah tenggara.
Kedua sesar Cimandiri adalah yang paling tua, menurut umur kapur. Bentangnya mulai dari Teluk Pelabuhan Ratu dan bergerak ke timur melalui Lembah Cimandiri, Cipatat-Rajamandala, Gunung Tangkuban Parahu-Burangrang, dan mungkin bergerak ke timur laut menuju Subang.
Terakhir Sesar Lembang berada di utara Bandung, kurang lebih 30 kilometer barat-timur. Jenis sesar strike slip ini memiliki sedikit komponen vertikal. Pada 28 Agustus 2011, sesar lembang menyebabkan gempa bumi berkekuatan M 3.3 pada kedalaman yang sangat kecil.
(wsj/dmi)