Benarkah Banjir Sumatra Semata Salah Cuaca Ekstrem? Ini Kata Pakar

CNN Indonesia
Selasa, 02 Des 2025 07:30 WIB
Banjir bandang dan longsor di Sumatra menyebabkan ratusan korban. Peneliti UGM sebut cuaca ekstrem bukan penyebab utama bencana ini. (Foto: ANTARA FOTO/Yudi Manar)
Jakarta, CNN Indonesia --

Bencana banjir bandang dan tanah longsor di sejumlah wilayah Sumatra, hingga mengakibatkan ratusan orang meninggal dunia. Sejumlah pihak langsung menuding bahwa bencana ini disebabkan oleh cuaca ekstrem. Namun, benarkah demikian?

Peneliti Hidrologi Hutan dan Konservasi DAS Universitas Gadjah Mada (UGM) Hatma Suryatmojo menduga ada dosa ekologis atau deforestasi masif di balik banjir bandang yang melanda Aceh, Sumatra Utara, dan Sumatra Barat.

Ia menjelaskan bencana banjir bandang hingga longsor di tiga provinsi di Pulau Sumatra itu tak cuma disebabkan satu faktor. Menurut dia para ahli menilai fenomena banjir bandang dan longsor di Sumatra sebagai bagian dari pola berulang bencana hidrometeorologi yang kian meningkat dalam dua dekade terakhir akibat kombinasi faktor alam dan ulah manusia.

Menurut dia curah hujan dalam beberapa waktu terakhir memang sangat tinggi hingga dapat memicu bencana. Menurut catatan BMKG, beberapa wilayah Sumut diguyur lebih dari 300 mm hujan per hari pada puncak kejadian.

"Curah hujan ekstrem ini dipicu oleh dinamika atmosfer luar biasa, termasuk adanya Siklon Tropis Senyar yang terbentuk di Selat Malaka pada November 2025," kata Hatma, melansir laman resmi UGM, Senin (1/12).

"Namun, cuaca ekstrem hanyalah pemicu awal. Dampak merusak banjir bandang tersebut sesungguhnya diperparah oleh rapuhnya benteng alam di kawasan hulu," lanjut dia.

Ia menjelaskan kerusakan ekosistem hutan di hulu daerah aliran sungai (DAS) menghilangkan daya dukung dan daya tampung ekosistem hulu untuk meredam curah hujan tinggi.

Hilangnya tutupan hutan berarti hilang pula fungsi hutan sebagai pengendali daur air kawasan melalui proses hidrologis intersepsi, infiltrasi, evapotranspirasi, hingga mengendalikan erosi dan limpasan permukaan yang akhirnya memicu erosi masif dan longsor yang menjadi cikal bakal banjir bandang.

Padahal, menurutnya, hutan di wilayah hulu DAS berperan vital sebagai penyangga hidrologis. Vegetasi hutan yang rimbun ibarat spons raksasa yang menyerap air hujan ke dalam tanah dan menahannya agar tidak langsung terbuang ke sungai.

Menurut dia fungsi hutan adalah untuk menjaga keseimbangan siklus air, mencegah banjir di musim hujan, sekaligus menyediakan aliran dasar saat musim kering. Ketika hutan hulu rusak atau gundul, siklus hidrologi alami itu ikut terganggu dan semua fungsi hutan berpotensi hilang.

"Peran hutan untuk intersepsi, infiltrasi dan evapotranspirasi akan hilang. Air hujan yang deras tak lagi banyak terserap karena lapisan tanah kehilangan porositas akibat hilangnya jaringan akar. Akibatnya, mayoritas hujan menjadi limpasan permukaan yang langsung mengalir deras ke hilir," ucap dia.

Deforestasi Masif Hingga Bom Waktu Bencana


BACA HALAMAN BERIKUTNYA
HALAMAN :