Gorontalo, CNN Indonesia -- Gorontalo memiliki warisan sastra lisan, sebuah tradisi bertutur yang dirawat lewat jalan mengingat. Di antaranya adalah pantungi atau pantun dan tanggomo atau puisi epik. Kedua jenis sastra lisan ini miskin penutur. Lantaran tak terdokumentasi dan tak banyak penutur, maka pantungi dan tanggomo rentan punah.Risno Ahaya dan Anis Husein adalah penutur pantungi dan tanggomo yang masih tersisa. Keduanya merawat sastra lisan Gorontalo ini lewat sejumlah pentas kecil, seperti di Pasar atau Kampus. Dalam Festival Danau Limboto, kedua penutur ini juga tampil. Lewat pantungi dan tanggomo, Risno dan Anis menyuarakan kritik terhadap kondisi Danau Limboto.