Jakarta, CNN Indonesia -- Dampak pandemi Covid-19 tidak terkecuali juga hampir meluluh-lantakan sektor sosial. Sejumlah yayasan yang menampung anak asuh harus berjibaku mencari solusi pendapatan dengan kegiatan yang terbatas.
Yayasan Narakreatif yang menekankan pada pendidikan anak putus sekolah dan daur ulang sampah, harus mencari alternatif pemasukan di luar produksi sampah daur ulang yang tersendat. Untuk kelangsungan 30 anak asuh yang berada di asrama, pendiri yayasan terpaksa harus menjual aset pribadi, membuat eco toys dan hand sanitizer.
Seorang bidan, Ropina Tarigan terpaksa menghentikan kegiatan di klinik persalinan selama pandemi. Namun, ia tetap bertahan menampung sejumlah anak-anak yang mengidap HIV sejak lahir. Ia bersama suami banting setir membuat jam dinding dari kayu untuk mencukupi pembelian obat-obat untuk anak-anak asuhnya.
Yayasan Prima Unggul yang menekankan pada kegiatan kewirausahaan dan seni kreatif harus meredam berbagai kegiatan untuk sementara, lantaran ada 65 anak asuh yang tinggal di asrama harus tetap terjamin kesehatannya.