Pandemi covid-19 mengubah banyak hal bagi Fifi Clarisa Natania, seorang pelajar menengah atas tuna netra. Satu hari dalam satu minggu, ia mengikuti kelas daring. Sesuatu yang baru buat Vivi dan belasan kawannya sesama siswa tuna netra. Di tengah keterbatasannya, metode pembelajaran ini seringkali membuatnya kesulitan.
Lima bulan berlalu, Fifi mengaku jenuh. Ia sama sekali tidak bisa bertemu teman dan guru-gurunya. Hari-harinya pun dihabiskan di dalam rumah. Menerapkan protokol kesehatan, menjadi sesuatu yang sulit baginya, terutama jaga jarak.
Bukan hanya Fifi, Riski Nurilawati, salah satu guru di yayasan pendidikan anak-anak buta, YPAB Surabaya pun harus memutar otak agar murid-muridnya tetap mendapatkan pembelajaran di masa pandemi. Cukup sulit memberikan pembelajaran tanpa menyentuh para murid.