Petani bawang putih di kabupaten Tegal, saat ini sudah memasuki generasi ke empat untuk jenis Double Chromosome, dan mampu menghasilkan panen sebanyak 15,64 ton per hektarnya. Namun sayang, tingginya produktifitas tidak dibarengi tingkat serapan pasar. Mereka menghadapi ketidakpastian karena bawangnya tidak bisa terjual, karena terbentur perubahan aturan impor.
Keluhan itu disampaikan ketua kelompok tani bawang putih desa Tuwel, kecamatan Bojong, kabupaten Tegal. Saat ini, kelompok tani ini memiliki stok lebih dari 30 ton benih bawang putih yang tidak terserap di pasaran. Bahkan bawang mereka terancam rusak karena kondisinya sudah banyak yang keropos terkena hama.
Budi daya bawang putih tegal pernah mengalami masa kejayaan pada tahun 1980 sampai 1990. Namun belakangan, mengalami penurunan yang dibarengi dengan berkurangnya luas tanam. Selama empat tahun terakhir, luasan lahan bawang bawang putih tidak lebih dari 100 hektar.ditambah lagi, sejak ada pandemi Covid-19, muncul kendala dalam pengembangan budidaya bawang. Anggaran yang sedianya dipakai untuk perluasan lahan dan pembelian bibit petani, harus direfokusing untuk penangananan Covid-19. Sehingga bibit bawang milik petani tidak terserap untuk budidaya dan masih tersimpan di gudang.