Catatan sejarah mengisahkan pada tahun 1600-an, Ciliwung menjadi nadi kehidupan masyarakat di sekitarnya. Kini tidak banyak yang berpikir demikian.
Di tengah anggapan Ciliwung adalah halaman belakang, segelintir orang masih menggantungkan hidup pada Ciliwung. Meski hanya menangkap ikan seadanya dan memanfaatkan airnya yang keruh sebagai pengairan kebun, Ciliwung adalah penyambung hidup.