Pilkada di tengah pandemi memaksa calon kepala daerah melakukan kampanye secara terbatas, tidak ada lagi pengerahan massa dalam jumlah yang besar.
Dampak dari kampanye yang terbatas tersebut dinilai merugikan penantang karena sulit mengejar popularitas. Benarkah demikian?
Bagaimana peluang petahana dan penantang? Kami mendiskusikannya bersama Saan Mustopa Wakil Ketua Komisi II DPR RI dan Ikrama Masloman Peneliti LSI Denny J.A.