Sejak permulaan abad ke-20 telah diupayakan adanya sekolah atau instansi pendidikan yang bergerak dalam bidang pelayaran. Tujuannya untuk melatih orang-orang pribumi di Hindia Belanda dan diharapkan menjadi tempat khusus untuk melatih para calon perwira kapal. Terutama dari kalangan pribumi di kapal-kapal milik pemerintah kolonial Hindia Belanda. Untuk memenuhi kebutuhan awak kapal, didirikan sebuah gedung sekolah untuk menampung para calon awak kapal pada 1921. Sekolah tersebut kini bernama PIP Makassar dan menjadi sekolah pelayaran tertua di indonesia. Salah satu taruna di PIP Makassar adalah Kelvin Tjianto Tommy. Seorang taruna abad ke-21 yang bercita-cita mengarungi lautan dunia. Ia menempa diri di politeknik ilmu pelayaran PIP Makassar D-4 Teknika.
Mengikuti rekrutmen yang digelar PIP Makassar, Kelvin berhasil lolos seleksi di salah satu perusahaan pengiriman kontainer terbesar di dunia. Selama setahun praktik laut Ia mengantongi uang saku US$1.000 per bulan atau sekitar Rp 14 juta yang sebagian ia gunakan untuk biaya semester pendidikan.