Sejak 1949 hingga 1956, delapan warga di lereng selatan Gunung Slamet, Jawa Tengah, membuat terowongan air menembus bukit, sepanjang 550 meter. Hingga hari ini, air yang mengalir melalui terowongan tersebut, masih bisa dimanfaatkan oleh warga di enam desa.