Pasca-autopsi ulang Jasad Brigadir Yosua, Perhimpunan Dokter Forensik Indonesia tidak bisa mengidentifikasi jarak tembak serta jenis peluru yang digunakan pada waktu kejadian tewasnya Brigadir Yosua Hutabarat. Dalam keterangan persnya Ade Firmansyah mengatakan hal tersebut disebabkan karena lamanya jarak waktu antar autopsi dan pola luka yang terdapat di tubuh Brigadir Yosua telah berubah dari pola luka asli. Seberapa lazim perbedaan hasil autopsi bisa terjadi? Untuk membahasnya Anchor Bram Herlambang melalui sambungan zoom berbincang dengan Kriminolog Universitas Budi Luhur Monica Margaret dan Dokter Spesialis Forensik RSUI Made Ayu Mira Wiryaningsih dalam CNN Indonesia Newsroom.