Bank Indonesia semakin agresif membeli Surat Berharga Negara di tengah upaya mendukung program pemerintahan Presiden Prabowo Subianto. Baru-baru ini, bank sentral membeli SBN dari pasar sekunder senilai Rp200 triliun, sebagian di antaranya untuk mendanai program ekonomi kerakyatan. Namun, langkah ini dinilai mengandung risiko, mulai dari beban neraca keuangan BI, risiko likuiditas, inflasi, hingga menurunkan kepercayaan investor.
Sudah bersama saya melalui sambungan virtual, peneliti LPEM FEB UI, Syahda Sabrina.