Di balik euforia kebanggaan atas lahirnya kereta cepat pertama di asia tenggara, terselip kenyataan bahwa perjalanan Whoosh belum sepenuhnya mulus. di antara deru lajunya, bayang-bayang beban utang masih membayangi neraca dan keuangan negara.
Proyek yang semula digadang-gadang tanpa jaminan fiskal, kini memunculkan pertanyaan baru, bagaimana memastikan keberlanjutannya, tanpa menjadi beban bagi APBN? di sinilah urgensi itu muncul bahwa kebanggaan infrastruktur modern harus diimbangi dengan kecerdasan finansial dan keberanian mencari jalan keluar kreatif.
Dan untuk membahas hal ini, sudah hadir di studio Ekonom Senior Universitas Paramadina, Bapak Wijayanto Samirin.