Jakarta, CNN Indonesia -- Lebih dari sebulan Ratu Tisha Destria menjabat sebagai Sekjen PSSI. Berbagai persoalan sepak bola kian menumpuk. Melalui wawancara eksklusif dengan
CNNIndonesia.com, Tisha mengakui tidak mudah menghadapi segala permasalahan sepak bola yang ada di Indonesia. Pahit manis respons masyarakat dan para pelaku sepak bola pun setiap hari mesti ia hadapi.
Seperti apa jawaban Tisha tentang isu-isu terkini sepak bola Indonesia? Berikut wawancara antara sekjen wanita pertama PSSI dengan
CNNIndonesia.com:
Bagaimana menghadapi terpaan kritik yang deras terhadap PSSI, terutama soal kebijakan ambigu seperti sanksi larangan terhadap suporter bukan penonton?
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Saat kami mengeluarkan sanksi larangan memasuki stadion, hal itu ada di kode disiplin, di sana terdapat kata-kata tentang larangan memasuki stadion. Ini yang perlu dipahami. Dengan keterbatasan infrastruktur Indonesia, kami tidak bisa memberlakukan
personal ban (sanksi individu). Kenapa? Karena
personal ban itu memiliki persyaratan yang harus dipenuhi.
 Ratu Tisha menganggap membangun citra PSSI tidaklah mudah. (CNN Indonesia/Mundri Winanto) |
Yang pertama
single seat (kursi tunggal), dan kedua kamera untuk melihat siapa sebenarnya membuat onar. Situasi stadion di Indonesia saat ini tidak bisa memberlakukan itu. Akhirnya yang kami berlakukan adalah sanksi komunal. Sanksi yang sifatnya komunitas dan kelompok, jadi yang diberi sanksi adalah kelompoknya.
Bukankah arti larangan 'suporter X' masuk ke stadion (seperti contoh kasus bobotoh Persib) lebih sulit diterjemahkan dibandingkan larangan laga tanpa penonton yang lebih mudah ditafsirkan?
Di kode disiplin kami ada kata-kata larangan memasuki stadion bagi suporter 'X'. Waktu kami keluarkan sanksi, ada tiga klub yang menerimanya yaitu Persis Solo, PSS Sleman, dan Persib Bandung. Yang membuat kontroversi adalah larangan tersebut ditafsirkan Persib Bandung sebagai larangan memakai atribut. Saya pun langsung mengontak Persib untuk membahas hal itu.
Tidak ada jalan pintas membangun reputasi untuk PSSI setelah sekian kali mengalami dualisme, bersatu lagi, sanksi.Sekjen PSSI Ratu Tisha Destria |
Bahwa sepak bola itu utamanya suporter dan fans tidak bisa dinilai serendah itu. Apakah ketika kita menanggalkan seluruh baju kita yang berwarna biru, kemudian yang katanya dibelek daging dan darahnya berwarna biru, tiba-tiba satu hari berpura-pura untuk mengakali sanksi Komdis dengan mengatakan, 'Eh saya ini bukan fans Persib'. Ya pasti akan ketahuan, itu lho maksudnya.
Hal itu termasuk dasar-dasar dalam sepak bola dan sportivitas. Kami tahu ada yang mau mengakali. Tidak masalah. Hanya PSSI itu badan regulator yang melindungi dua hal: Pengembangan sepak bola, nilai dan marwah sepak bola itu sendiri. Kami tidak bisa memberi sanksi sembarangan. Di satu sisi sepak bola Indonesia ingin bergerak ke arah industri, tetapi di sisi lain kebiasaan kita untuk mengakali peraturan itu masih tetap terjadi.
Jadi bukan dilarang nyanyi dan pakai atribut, tapi dilarang masuk. Itu yang dilarang. Kami bicara etika dan memang susah mengukurnya. Kami tidak akan mengubah kata-kata yang ada di dalam itu [kode disiplin], karena itu adalah marwahnya sepak bola. Sampai kami siap dengan infrastruktur, baru kami bisa beri sanksi individu.
 Ratu Tisha memuji mayoritas bobotoh Persib yang tak datang ke stadion usai larangan terhadap bobotoh dilakukan. (CNN Indonesia/Mundri Winanto) |
Apakah puas dengan perilaku para bobotoh saat Persib menjamu PS TNI?Menanggapi penafsiran larangan menonton bagi suporter Persib, sampai ada foto yang bikin baju yang di belakangnya bertuliskan 'Masyarakat Umum' [untuk nonton dalam stadion]. Kami hanya tertawa karena inilah potret masyarakat Indonesia sesungguhnya, ini yang harus kami sampaikan kepada Pak Presiden Jokowi bahwa revolusi mental yang beliau cita-citakan itu butuh kerja keras untuk diwujudkan.
Itulah potretnya, lewat sepak bola saja kita bisa lihat. Tapi saya sangat salut, banyak juga Bobotoh yang mengerti apa maksud kata-kata Komdis itu dan memilih untuk tidak masuk. Wah luar biasa, saya bangga dengan hal itu
Stadion hanya berisi sekitar 3-4 ribu penonton yang artinya mayoritas pendukung Persib memahami sanksi tersebut.
Sanksi larangan menonton langsung di stadion jadi bagian dari edukasi?Ya, betul. Bila ada penyalahartian [dalam mentaati kebijakan Komisi Disiplin/PSSI], Persib tentu akan kami berikan hukuman lanjutan. Kami harus kembalikan lagi kepada marwah sepak bola.
Kami tidak ingin sanksi tanpa penonton karena itu mengorbankan nilai komersial, tapi sanksi yang kami berikan adalah sanksi komunal. Kalau setelah dievaluasi berkali-kali, ternyata sebuah klub akhirnya harus dihukum tanpa kehadiran penonton, maka hal itu tak masalah karena kami sudah melewati beberapa tahapan sanksi sebelumnya.
Saya berterima kasih kepada orang yang berbesar hati memahami kata-kata itu [kode dispilin].
Persib jadi anak emas PSSI?Tidak mungkin lah dianakemaskan. Bila dianakemaskan, tentunya Persib tak akan melawan [protes]. [Seperti adu argumen] mereka bilang sama dan saya bilang beda [tentang arti larangan bobotoh hadir di stadion].
Uang sanksi denda klub itu alurnya ke mana?PSSI berjalan seperti sebuah perusahaan. Jadi tidak ada pengkhususan seperti pendapatan dari sektor X harus ke Pos Y, tidak seperti itu. Semua pendapatan dikumpulkan lalu dialirkan ke pos-pos pengeluaran.
Biaya paling besar PSSI itu adalah Tim Nasional dan pengembangan sepak bola. Jadi tidak pernah denda Komdis khusus dialokasikan untuk pos X, tidak. Kami berjalan benar-benar seperti perusahaan.
 Ratu Tisha mengakui bahwa posisi Sekjen PSSI membuatnya makin sibuk dalam kehidupan sehari-hari. (CNN Indonesia/Mundri Winanto) |
Tunggakan gaji pemain kembali terdengar di Liga 1, terakhir Gresik United. Bagaimana respons PSSI?Langkah pertama, semua proses harus lewati operator Liga dahulu. Operator liga yang bertugas mengumpulkan berbagai masalah yang ada untuk dilaporkan kepada kami [laporan tunggakan gaji].
Liga Indonesia ini kan propertinya PSSI yang kami percayakan dikelola profesional agar bisa berlari lebih cepat. Tapi pembinaan dan pengembangannya kembali ke kami.
Soal tunggakan gaji sudah dibahas di operator. Saat ini mereka sedang koordinasi dan ada banyak mediasi.
Soal protes PSM Makassar terkait wasit asing asal Iran Bonyadifard Mooud lawan Persija bagaimana?Kami sudah terima [laporan]. Area pengembangan wasit harus diawali dengan pemilihan dan pembentukan tim penilai wasit. Sekarang ini kami ambil [wasit] area netral untuk meredam kecurigaan-kecurigaan yang ada.
Mengambil wasit asing ke sini itu tujuannya bukan untuk menggantikan wasit lokal. Tapi untuk menunjukkan kepada klub bahwa yang datang ini adalah orang netral.
Bahwa sepak bola itu utamanya suporter dan fans tidak bisa dinilai serendah itu.Sekjen PSSI Ratu Tisha Destria |
Selain itu kedatangan wasit asing juga untuk pengembangan wasit lokal karena mereka juga berbagi ilmu di sela kesibukan memimpin pertandingan.
Saya sudah terima [laporan protes PSM Makassar], pasti akan kami evaluasi. Namun bila permintaannya adalah wasit dihukum maka hal itu rasanya tidak masuk akal.
Untuk apa kami capek-capek hukum wasit dari federasi lain? Apa gunanya? Kami tidak mengembangkan wasit federasi lain, kami ingin mengembangkan wasit Indonesia. Bila wasit asing melakukan kesalahan, maka ia akan pulang dan tak akan dipanggil lagi untuk memimpin laga lainnya.
Bagaimana cara Anda mengkampanyekan PSSI yang bersih, mengingat selama ini PSSI selalu dipandang sebelah mata dan sarat kepentingan?Menurut saya reputasi terbangun oleh waktu, jadi tidak ada jalan pintasnya. Tidak ada jalan pintas membangun reputasi untuk PSSI setelah sekian kali mengalami dualisme, bersatu lagi, sanksi, dan hal lainnya.
Kami hanya perlu waktu dan kerja keras yang benar, sudah itu saja. Saya percaya kalau publik benar pasti mengerti. Sekarang kami kerja keras, belajar terus dari masukan luar dan apa yang berkembang sekarang. Kalau kami benar-benar dan sungguh-sungguh, orang akan menyadarinya meski itu butuh waktu.
 Salah satu sektor yang diperhatikan PSSI adalah pengembangan usia muda. (CNN Indonesia/Mundri Winanto) |
Sukses PSSI diukur lewat keberhasilan dalam tim nasional dan keberlangsungan liga. Menurut Anda, apa yang lebih penting bagi publik dalam memandang sebuah arti sukses?Istilahnya begini, masyarakat itu benci tapi rindu sama sepak bola [Indonesia]. Itu yang saya tangkap.
Kalau mengembangkan liga, berarti bicara mengembangkan industri. Liga ada profesional dan amatir. Produk liga ada dua; pengembangan organisasi dan kualitas dari aspek teknis.
Ketika menitikberatkan kesuksesan di liga seperti di Inggris, maka akan sukses lebih ke arah sana. Begitu kan? Jadi pembinaan sebenarnya ada di level klub dan Liga. Sehingga tidak ada itu timnas pemusatan latihan sampai lebih dari sebulan.
Pembinaan akar rumput lebih dibutuhkan masyarakat. Karena mengembangkan ini [akar rumput] ujung-ujungnya ke timnas juga, meski tidak langsung terasa dalam waktu singkat.
(ptr)