Jakarta, CNN Indonesia -- Tidak ada kebudayaan yang lebih penting dari kebudayaan diri sendiri. Pendidikan masuk ke dalam suku anak rimba bukan untuk memodernisasikan mereka.
“Melainkan ingin membuat mereka bangga dengan jati dirinya dan kritis terhadap budaya sendiri,” begitu kata Butet Manurung, pendiri Sokola Rimba, dalam sebuah diskusi pendidikan Masyarakat Adat dalam Pendidikan Nasional di Jakarta, Selasa (17/5). Diskusi ini adalah rangkaian acara Pesta Pendidikan 2016.
Butet mengatakan banyak orang memberikan donasi dalam bentuk buku untuk anak-anak adat. Sayangnya anak-anak adat hanya menerima buku-buku tertentu. Hal tersebut dilakukan untuk menghindari materi yang terlalu luas.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Misalkan saja, banyak buku yang menjelaskan kelebihan kota dari pada desa. Hal tersebut membuat anak-anak berimajinasi bahwa kota lebih baik dari pada desa.
Pertanyaan tersebut bermunculan. Benarkah orang adat terbelakang? Apa itu terbelakang? Bagaimana caranya agar tidak terbelakang? dan seterusnya.
Untuk menghindari itu semua, banyak buku-buku disortir agar menyesuaikan dengan kebiasaan mereka. Buku-buku tersebut haruslah bermuatan lokal dan memberikan wawasan yang penting tentang jati diri mereka.
Penyortiran pun dilakukan bersama-sama. Saat ini, koleksi buku yang mereka miliki seperti National Geograpic, tanaman obat-obatan, hewan-hewan langka, undang-undang perhutanan dan sebagainya.
(ded/ded)