Etika Seni Rupa Hardiman Radjab

Deddy Sinaga | CNN Indonesia
Sabtu, 23 Jul 2016 10:37 WIB
Ulasan dari pameran tunggal Seni Rupa bertajuk Curtain Call di Taman Ismail Marzuki, Jakarta.
Taman Ismail Marzuki (dok. commons.wikimedia.org/Gunawan Kartapranata)
Jakarta, CNN Indonesia -- July 13, 2016. Tepat pukul 19.30 WIB. Di Galeri Cipta II Taman Ismail Marzuki Jakarta. Telah dibuka untuk umum pameran tunggal Seni Rupa bertajuk “Curtain Call”, sebuah upaya positif non-plagiat dari salah satu tokoh Seni Rupa Indonesia terkini Hardiman Radjab. Dalam rupanya di trimatra sebuah keluasan dari bentuk dwimatra. Hardiman tak jingkrak-jingkrak di atas podium menyuarakan protes, bersuara banyak tentang apologia absurd.

Hardiman justru memberi wawasan kewajaran pelajaran, terkini. Sudah waktunya bersama bersuara kreatif untuk ‘Indonesia Bagus’ kepada dunia dalam arti seluasnya, bahwa kelahiran tak hanya sebuah proses menuju kematian belaka, di tengahnya, hanya ada sekadar bekerja untuk bertahan hidup demi perut. Tidak, bukan itu. Tidak luar biasa amat memang wawasan kreatif tampilan di karyanya. Sekadar barang bekas tampaknya.

Dia banyak dipuji kritikus seni terkemuka Indonesia, antara lain, Jim Supangkat, Asikin Hasan dan budayawan Goenawan Mohamad. Hardiman, nyaris sepuluh tahun tak tampil di ajang pameran tunggal, setelah 2006 di pameran tunggalnya ‘Riwayat Koper’ di Semarang, Jogya dan Bandung, lalu ‘Berkoper-koper cerita 2007’, Sejak itu dia seperti raib di bilik waktu meski sosoknya selalu hadir di antara muridnya di Institut Kesenian Jakarta (IKJ).

ADVERTISEMENT

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Saya tidak mengulas karyanya satu persatu, datang dan saksikan saja. Tidak bagus amat sih, biasa saja, juga tak membawa pesan sosial apapun, non-provokasi, non-lingkar politis. Karya Hardiman Radjab, ‘komunikatif-dialogis-kontekstual’ untuk publik. Sarat wawasan ilmu, inovasi, ide, keberanian pilihan, tak sekadar trobosan kebaruan. Upaya mengolah hidup, lanjutan ke akhiran, lanjut lagi… Makna dari pamerannya bertajuk “Curtain Call” itu.

Pameran Hardiman Radjab, sebuah ‘kawasan kreatif’, tak mengganggu ketertiban umum, memicu euforia berslogan tak perduli kepentingan rakyat bersama, di tengah upaya perbaikan angkutan umum, meski belum tampak baik benar. Namun telah terasa manfaatnya pada ‘commuter line’, kereta Jabodetabek, tampak bersih, terasa sehat dan bergengsi, meski berdesakan pada jam sibuk, bagian, dari risiko toleransi bermasyarakat. Salam cinta Indonesia.

Jakarta, Indonesia July 14, 2016.
Taufan S Chandranegara, praktisi seni. (ded/ded)
TOPIK TERKAIT
LAINNYA DI DETIKNETWORK
LIVE REPORT
TERPOPULER