Jakarta, CNN Indonesia -- Jessica Handojo, mahasiswi jurusan Software Engineering di Universitas Bina Nusantara Kemanggisan, terpilih menjadi karyawan magang di kantor pusat Google di Mountain View, California, Amerika Serikat. Dia bercerita betapa asyiknya bekerja di perusahaan Internet terbesar di dunia itu.
Dia mengisahkan, karyawan magang di Google diperlakukan setara dengan pegawai tetap, sehingga ekspektasi dan tanggung jawabnya pun setara. “Seorang
intern akan dipasangkan dengan seorang pekerja tetap sebagai manajernya dan mengerjakan proyek-proyek yang berasal dari manajer tersebut,” katanya kepada CNN Student melalui e-mail, akhir pekan lalu.
Sedangkan hal terbaik sebagai karyawan magang adalah adanya ‘tiket’ khusus untuk mengikuti kelas-kelas tertentu di Google dan pasti mendapat tempat. Soalnya, kelas-kelas itu selalu penuh dan sulit dapat tempat. “Bagi saya itu kesempatan yang luar biasa,” ujarnya.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Pada akhir
internship, karyawan magang akan mempresentasikan hasil pekerjaannya kepada tim untuk kemudian memindahtangankan proyek dan menerima masukan dan komentar.
Perlakuan Google terhadap karyawan magang ternyata sama saja lho dengan karyawan atau staf lain. Fasilitas yang mereka dapatkan sama banyaknya.
Misalnya, bebas mengambil makanan dan minuman di kafe dan
food truck atau bebas mengakses
micro kitchen, yaitu semacam ruang berisi makanan dan minuman kecil, tempatnya mesin pembuat kopi, cokelat, dan buah-buahan.
Micro kitchen ini tersebar di berbagai lokasi di kantor Google.
Mereka juga bebas memakai Gbike, yaitu sepeda Google, yang bisa diambil di mana saja, dan ditinggalkan di mana saja, sepanjang masih di komplek kantor Google. Begitu juga fasilitas olahraga, seperti
gym, kolam renang, lapangan sepakbola, lapangan basket, lapangan tenis, meja tenis meja, biliar, dan lapangan voli.
“Termasuk fasilitas
laundry, sofa dan
energy pod yaitu tempat untuk istirahat,” kata Jessica. “Juga ada berbagai diskon saat membeli barang, tiket ke tempat wisata dan restoran.”
Bagaimana dengan gaji? Tanpa menyebut besarannya, Jessica mengatakan karyawan magang juga mendapat gaji yang diberikan berkala setiap 2 minggu sekali. Termasuk biaya relokasi, yaitu tiket pesawat dan tempat tinggal di Amerika Serikat.
“Setiap
intern juga diberikan
hardware yang diperlukan untuk menunjang proses kerja. Saya sendiri mendapat sebuah laptop, dua buah monitor, sebuah CPU dengan spek server, dan sebuah
smartphone,” katanya.
Kehidupan SeimbangHal lain yang menarik bekerja di Google adalah keseimbangan antara hidup dan bekerja. Jessica mengatakan, kebanyakan karyawan memilih datang pagi dan pulang sebelum malam. Di Google tak ada jam kerja yang diberlakukan. Karyawan boleh datang dan pulang kapan saja.
Karena kebanyakan karyawan sudah berkeluarga, mereka memilih datang pagi dan pulang sore supaya bisa berkumpul segera dengan keluarga. “Tidak ada paksaan bagi intern juga untuk memilih siklus kerja tertentu,” ujar Jessica.
Yang jelas, kata Jessica, di tengah suasana kerja seperti itu, tidak terasa aura bermalas-malasan. Melainkan yang terasa adalah antusiasme yang meluap-luap karena karyawan mendapat kesempatan yang sama untuk berkontribusi di perusahaan teknologi terbesar di dunia itu.
“Saya juga berkolaborasi dengan rekan yang berasal dari berbagai negara dan merupakan Software Engineer terbaik pada masing-masing bidangnya. Saya terus terkagum-kagum dengan kemampuan yang diperlihatkan oleh rekan-rekan saya. Di saat saya berpikir sudah tidak mungkin lagi lebih hebat dari satu titik, mereka membuktikan bahwa saya salah,” kata Jessica lagi.
Meski begitu tetap ada yang disebut tekanan luar biasa, atau
impostor syndrome. Karyawan magang yang belum lulus kuliah dan belum berpengalaman, harus berkolaborasi dengan pegawai-pegawai terbaik di masing-masing bidangnya, misalnya Ken Thompson (pencipta UNIX yang menjadi dasar Linux dan Mac OS), James Gosling (pencipta bahasa pemrograman Java), dan Guido van Rossum (pencipta bahasa pemrograman Python).
(ded/ded)