Jakarta, CNN Indonesia -- Sebuah ekspedisi menarik digagas oleh AeroTerrascan, perusahaan pembuat
unmanned aerial vehicle (UAV) asal Bandung. Mereka akan meluncurkan UAV menuju lapisan Stratosfer atau kemudian disebut ekspedisi Menembus Langit.
Ekspedisi ini akan menerbangkan pesawat Ai-X1 buatan AeroTerrascan ke langit setinggi 30 kilometer dengan balon udara. Tujuannya untuk mendukung eksplorasi stratosfer dan mengembangkan riset aeronautika Indonesia.
Diharapkan, ekspedisi ini juga akan menjadi sarana pengujian UAV yang mampu melakukan
return-to-home alias turun ke tempat peluncuran dan bisa dipakai kembali. Selama ini alat penelitian atmosfer biasanya tak bisa kembali ke tempat awal peluncuran.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Misi Menembus Langit akan membawa beban 600 gram berupa sensor-sensor yang diperlukan untuk meneliti data di stratosfer. Misi didukung oleh AeroGeoSurvey sebagai operator, AeroVisualStudios sebagai dokumenter, Dengan Senang Hati sebagai konsultan komunikasi, Global Inovasi Informasi Indonesia sebagai pendukung peralatan, GDILab menyediakan tool monitoring media sosial, Layaria selaku jaringan pembuatan video, Alitt Susanto sang pembuat video, serta Lembaga Antariksa dan Penerbangan Indonesia (LAPAN) selaku fasilitator.
Ekspedisi Menembus Langit merupakan uji coba terbang pertama menuju stratosfer di Indonesia dan akan menjadi rekor nasional. “Menembus Langit akan memberikan informasi mengenai dinamika atmosfer di stratosfer. Pemahaman ini diharapkan dapat dimanfaatkan untuk pengembangan teknologi High Altitude Long Endurance (HALE) yang tidak terganggu oleh awan,” kata Prof. Dr. Thomas Djamaluddin M.Sc., Kepala LAPAN, dalam keterangannya beberapa waktu lalu.
Data meteorologi yang didapat dari ekspedisi Menembus Langit juga akan dipakai untuk penelitian cuaca dan iklim Indonesia.
Peluncuran ekspedisi Menembus Langit sendiri akan dilakukan pada 28 Oktober mendatang di Balai Uji Teknologi dan Pengamatan Antariksa dan Atmosfer LAPAN, di Pameungpeuk, Garut. Tapi sebelum itu, tim sudah melakukan percobaan terbang dengan purwarupa Ai-X1 pada 27 Agustus lalu.
Pada penerbangan percobaan itu Ai-X1 diterbangkan dengan balon cuaca. Dalam pendakiannya, rata-rata
vertical speed-nya 6m/s. Pada ketinggian 12,9 kilometer Ai-X1 lepas dari balon cuaca dan berhasil menstabilkan diri dengan bantuan
autopilot. Ai-X1 secara konstan melakukan komunikasi ke pengontrol di darat.
Tentang Ai-X1
 Pesawat tanpa awak Ai-X1 (dok. Menembus Langit) |
Pesawat tanpa awak ini memiliki dua antena untuk melakukan pemantauan. Sistem kontrolnya mampu mengarahkan pesawat ini kembali ke titik pemberangkatan. Jika sinyal hilang, ia mampu melakukan
loiter dengan radius 250 meter dari titik pemberangkatan.
“Fitur
return-to-home merupakan salah satu strategi yang kami siapkan agar UAV bisa kembali. Hal ini untuk antisipasi apabila UAV kehilangan sinyal ketika sedang melakukan suatu misi,” ujar Seno Sahisnu dari tim Menembus Langit.
Tubuh pesawat yang terbuat dari
fiber composite ini sudah disesuaikan dengan kondisi stratosfer yang temperaturnya lebih dingin dan udara renggang.
Tim mempersiapkan berbagai skenario
failsafe. Misalnya, untuk melepaskan pesawat dari balon ada 4 pemicu yang dipersiapkan, seperti
altitude limit, akselerasi vertikal,
timer, dan manual. Jika salah satu terpenuhi, maka pesawat akan melepaskan diri dari balon dengan aman.
“Jadi kalaupun kita kehilangan sinyal secara total, kita tinggal menunggu sampai UAV-nya pulang sendiri,“ ujar Azhar T. Pangesti Program Director Menembus Langit.
Dalam pengujian, Ai-X1 mampu bertahan pada temperatur -150 derajat Celcius. Pesawat bertenaga baterai
lithium polymer 5500 mAh ini mampu kembali ke tempat peluncuran dengan hanya menggunakan 10 persen kapasitas baterainya.
(ded/ded)