Teko Ajaib Penjernih Air dari Cibebek

Fitri Chaeroni | CNN Indonesia
Senin, 03 Okt 2016 05:55 WIB
Okti Nurhidayah, siswi SMA dari Cilacap, membuat teko khusus yang mampu menyaring berbagai macam polusi dan bakteri untuk menghasilkan air bersih.
Okti Nurhidayah siswi asal SMA Negeri 1 Sampang, Kabupaten Cilacap, Jawa Tengah, pencipta teko ajaib penjernih air. (CNN Indonesia/Fitri Chaeroni)
Jakarta, CNN Indonesia -- Kamu tahu teko yang terbuat dari tanah liat? Iya teko ini memang sudah jarang digunakan di masyarakat luas. Kebanyakan mereka yang masih memilikinya adalah keluarga dari eyang dan mbah kita. Siapa sangka, teko tanah liat ini dapat menjernihkan air, yang sudah tercemar sekalipun.

Teko ini dimodifikasi oleh Okti Nurhidayah siswi asal SMA Negeri 1 Sampang, Kabupaten Cilacap, Jawa Tengah. Idenya ini muncul ketika Okti bermain ke rumah kawannya. Di sana ia melihat ada sebuah akuarium. Yang membuat dirinya penasaran adalah, kenapa air di dalam akuarium bisa tetap jernih. Lalu Okti menemukan alasan di balik hal itu, batu zeolite membuat air di dalam akuarium tetap bersih.

Muncullah ide untuk menggunakan batu zeolite sebagai campuran membuat teko. Teko tanah liat bukan hal asing bagi Okti. Keluarganya adalah pengrajin gerabah dari tanah liat. Kemampuan membuat teko dari tanah liat mengalir di darahnya.

ADVERTISEMENT

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Setelah berkonsultasi dengan pembimbingya di sekolah, Okti mulai membuat teko inovasinya. Selain tanah liat, Okti juga menambahkan mineral baik lainnya seperti batu zeolite yang dihaluskan, bentonit, dan arang aktif.

Ketiga bahan tambahan itu berfungsi untuk menjernihkan air, menghilangkan bau dan menetralkan rasa. Selain itu arang aktif juga akan berfungsi sebagai polutan. Dan ketiga tambahan ini ternyata dapat membunuh mikroba atau bakteri yang ada di dalam air.

Setelah mengalami kegagalan beberapa kali dalam membuat teko ini, akhirnya Okti berhasil membuat teko yang sesuai dengan keinginannya. Perihal berapa perbandingan jumlah tanah liat dan bahan tambahan yang digunakan, Okti tak memberi tahu.

“Kalau itu masih rahasia perusahaan,” begitu katanya. Pastinya memang ada perbandingan yang pasti agar teko dapar berfungsi maksimal.

Setelah teko jadi, Okti memulai untuk melakukan percobaan. Mulai dari air sumur, air sungai, hingga air yang tercemar parah.

Menurutnya untuk air yang tidak terlalu tercemar cukup 30 menit mendiamkan air dalam teko, maka air sudah jernih dan daat dikonsumsi. Sedangkan air yang sudah tercemar parah yaitu air yang mencapai PH 3, warnanya keruh, baunya menyengat, dan gatal saat terkena kulit, akan membutuhkan waktu penjernihan sekitar satu atau dua jam lebih.

Caranya sangat mudah, cukup masukan air ke dalam teko lalu diamkan. Biasanya setelah proses penjernihan polutan-polutan dari air yang dijernihkan akan menempel di dinding-dinding teko. Selain air tawar, Okti juga pernah mencoba menjernihkan air laut. Dan hasilnya setelah 2 hari didiamkan di dalam teko, air laut berubah menjadi payau. Dan tersisa kristal-kristal garam di dasar teko.

Penemuannya yang lain adalah, ternyata bakteri di dalam air juga ikut menjadi mati. Pertama ia melakukan percobaan pada 100 ml air sumur. Ternyata pada air sumur tersebut terdapat kurang dari 2 koliform atau bakteri. Dan setelah didiamkan di dalam teko, jumlah bakteri menjadi 0 (nol). Tapi Okti tidak puas dengan hasil tersebut.

Ia lalu melakukan percobaan pada 100 ml air yang sudah sangat tercemar. Di dalam air itu terdapat lebih dari 2400 koliform. Dan setelah didiamkan selama 1 jam jumlah koliform berkurang menjadi 1100. Dan setelah diamati selama 24 jam jumlah kolliform tidak bertamh atau berkurang. Itu berarti tidak terjadi pertumbuhan banteri di dalamnya. Kesimpulannya teko ini dapat membunuh 1300-1500 koliform per jam per 100 ml air.

Ke depannya Okti berkeinginan untuk memasarkan produknya ini secara massal dan memberinya nama ‘Cibebek Teko’ sesuai dengan nama tempatnya tinggal. “Melestarikan Warisan Budaya Dengan Sentuhan Teknologi” itulah kalimat yang tertera pada poster produknya. Okti ingin membuat sesuatu yang berguna bagi warga sekitar namun tetap dengan mengutamakan budaya lokal.

Teko ini ia pamerkan di ajang National Young Inventors Award 2016 yang diadakan oleh Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia atau LIPI pada 26-27 September 2016 lalu. Sebelumnya teko buatannya ini juga sempat mendapat apresiasi dari ahli keramik Indonesia, Arsam Sumaryanto. Dan juga juara 2 Teknologi Tepat Guna di Cilacap. (ded/ded)
TOPIK TERKAIT
LAINNYA DI DETIKNETWORK
LIVE REPORT
TERPOPULER