Jakarta, CNN Indonesia -- Mungkin kamu pernah mendengar tentang bank sampah. Kamu akan mengumpulkan sampah sebagai tabungan dan kamu akan diberikan sejumlah uang ke dalam buku tabungan kamu. Tapi apa kamu pernah mendengar tentang beasiswa sampah?
Bedanya, uang dari sampah yang kamu kumpulkan tidak akan masuk ke buku tabungan kamu, melainkan akan diberikan pada siswa yang tidak mampu untuk biaya pendidikan mereka. Ternyata sampah selain bernilai ekonomis, jika dimanfaatkan untuk hal lain sampah juga memiliki manfaat sosial.
Program beasiswa sampah ini dikembangkan oleh komunitas Green Indonesia di Sukabumi. Komunitas ini didirikan oleh siswa siswi SMAN 1 Cibadak, salah satunya adalah Rani Syratu Hanifya. Rani bersama kawannya Adam Mustafa Amrin melakukan penelitian terkait pemanfaatan beasiswa ini.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Ide awal pembuatan beasiswa sampah ini hadir saat mereka libur semester. Mereka ingin mengisi waktu libur yang cukup panjang itu dengan kegiatan yang bermanfaat. Akhirnya muncullah ide untuk membuat program ini.
Untuk saat ini pengumpulan sampah baru dilakukan selama dua hari dalam setahun, yaitu ketika mereka libur sekolah. Karena program yang tergolong baru, jangkauannya belum terlalu luas. Para donatur sampah baru berasal dari siswa-siswi SMAN 1 Cibadak dan warga desa sekitar sekolah.
Selain itu yang menginspirasi mereka untuk membuat program beasiswa ini adalah kondisi ekonomi masyarakat Cibadak yang belum terlalu baik. Hal ini membuat banyak anak usia sekolah yang mengalami kesulitan dalam hal pembiayaan. Yang bisa menjadi penerima beasiswa ini adalah siswa sekolah yang berprestasi namun tidak mampu atau siswa yang tidak mampu.
Kali pertama dikumpulkan, mereka berhasil mendapat sejumlah uang serta perangkat sekolah. Dari program ini, dua anak jenjang Sekolah Dasar berhasil untuk mereka bantu.
Bagi donatur memang tidak ada reward atau balasan khusus yang diberikan. Namun menurut hasil penelitian dari Rani dan Adam, reward dalam segi psikologis ternyata lebih besar yang dirasakan oleh donatur ketimbang reward dalam bentuk materi ataupun yang lain. “Selaras dengan tujuan dari program ini yaitu menumbuhkan sikap peduli akan kemanusiaan,” ungkap Rani.
Manfaat dari beasiswa sampah ini selain membantu sesama dalam sektor pendidikan, ternyata lingkungan sekitar sekolah menjadi lebih bersih. Rani berharap ke depannya promosi dapat dilakukan lebih genjar lagi, agar masyarakat lebih mengetahui tentang adanya program ini.
Selain itu untuk menambah nilai ekonomi dari sampah tersebut, bisa saja dilakukan pendaur ulangan sampah menjadi barang-barang baru. Agar dana yang dikumpulkan dapat lebih banyak. Dan pastinya mereka berharap program ini akan berlangsung tak hanya di kawasan sekitar sekolahnya saja, tapi juga semain luas ke daerah-daerah lain.
Rani dan Adam berpesan untuk teman-teman, untuk jadi bermanfaat bagi umat manusia bukan berarti harus selalu menjadi hebat dengan hal besar. Dengan meneliti hal-hal kecil di sekitar kita untuk kepentingan manusia, merupakan kehebatan sebenarnya.
Rani juga mengajak teman-teman untuk peduli terhadap sampah yang ada di lingkungan sekitar untuk menciptakan suasana ramah lingkungan. Dia mengajak teman-teman untuk peduli antar sesama umat manusia dan saling menginspirasi.
Rani dan Adam mempresentasikan hasil penelitian mereka ini dalam ajang Lomba Karya Ilmiah Remaja (LKIR) yang diadakan oleh Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia (LIPI). Mereka menjadi finalis dalam kategori Ilmu Pengetahuan Sosial dan Kemanusiaan (IPSK).
(ded/ded)